SEMARANG, RAKYATJATENG – Prie GS, seorang budayawan asal Kota Semarang dan juga kartunis, dikabarkan meninggal dunia, Jumat (12/2/2021) sekira pukul 06.37 WIB, akibat sakit jantung. Kabar duka ini pun langsung ramai di media sosial.
“Innalillahi wa inna iaihi roji’un. Sowan ing ngarsaning Gusti, saudara kita yg baik Supriyanto alias Mas Prie GS, kala wau tabuh 06.37. amargi gerah jantung. Alamat duka: Jalan Candi tembaga tengah 886 Rt 07, Rw 05 Manyaran Semarang,” begitu pesan singkat di medsos.
Candra Malik, rekan sesama budayawan, juga mengabarkan kabar duka itu dengan memasang foto bersama Prie GS dalam format hitam putih.
“Inggih, Mas @Prie_GS Monggo. Nderekaken kondur, sugeng tindhak. Bismillah,” tulisnya melalui akun Twitter @CandraMalik.
Supriyanto GS atau lebih dikenal dengan nama Prie GS lahir di Kabupaten Kendal Jawa Tengah, pada 3 Februari 1964.
Dilansir dari Wikipedia, dia mengawali kariernya sebagai wartawan di harian umum Suara Merdeka Semarang, Jateng.
Prie GS juga dikenal sebagai kartunis, penyair, penulis, dan public speaker di berbagai seminar, diskusi, dan menjadi host untuk acaranya sendiri, baik di radio maupun televisi.
Prie GS mulai berkecimpung dalam dunia kreativitas kartun sejak 1970. Dia pun mengirimkan karya-karya kartun ke berbagai media massa. Dia juga belajar secara khusus kepada kartunis kawakan dari harian umum Kompas, G.M. Sudarta.
Selepas SMA, Prie GS melanjutkan pendidikan di jurusan seni musik, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Semarang. Kemampuannya semakin terasah dan mengawali kariernya sebagai wartawan di harian umum Suara Merdeka.
Sebagai wartawan yang dikaruniai talenta seni, Prie lebih banyak memegang rubrik-rubrik bermuatan kesenian, sembari secara rutin dia menggambar kartun setiap hari Minggu di surat kabar itu. Beberapa tahun kemudian, Suara Merdeka Group mempercayakan padanya untuk memimpin majalah wanita Cempaka.
Pilihannya di dunia kartun bukan tanpa alasan. Sebagai mahasiswa jurusan seni musik, dia pun pernah memperdalam piano dan gitar klasik, tapi baginya, musik bukan jalan hidupnya. Hingga akhirnya dia memilih menjadi seorang kartunis hingga sekarang.
Prie GS juga pernah menggelar pameran kartun di Tokyo, Jepang atas undangan The Japan Foundation. Di sana, banyak ilmu yang didapat terutama tatkala punya kesempatan berdiskusi dalam satu meja dengan para komikus dan animator tersohor di negeri itu.
Prie juga pernah menjajal kemampuannya sebagai aktor dengan bergabung di Teater Dhome Semarang saat menggarap repertoar Umang-umang atawa Orkes Madun karya Arifin C. Noer memerankan sebagai seniman.
Saat itu, kawan lain yang ikut mendukung di antaranya Jodhi Yudono, Timur Sinar Suprabana, Eko Tunas, dan Joshua Igho.
Di Teater Lingkar, Prie lebih banyak menulis skenario drama. Sedangkan di Teater Aktor Studio, Prie bersama Joshua Igho menjadi ilustrator musik untuk repertoar Jembatan Mberok.
Menjalani hidup sebagai wartawan, penulis kolom, dan kartunis semakin menambah wawasan Prie GS luas. Bertambahnya jam terbang di dunia kesenian dan jurnalistik, membawa Prie terjun ke ranah lain yaitu sebagai public speaker.
Di wilayah ini, Prie GS sering diundang sebagai pembicara, motivator, dan pengasuh acara-acara bertema budaya.
Kemampuannya mengolah rasa adalah modal yang menjadikannya terus diminati oleh banyak lembaga untuk meminta siraman-siraman bernas darinya, antara lain Markas Besar TNI Angkatan Laut Cilangkap, memberikan refleksi sosial di hadapan para jenderal dan perwira Angkatan Laut.
Berbagai perusahaan besar juga pernah mengundangnya seperti PT Telkom, PT Coca-Cola, Indonesai Power, Bank Indonesia, PT PLN, PT Telkomsel, dan lain-lain.
Di ranah hiburan radio dan televisi, Prie GS juga menjadi host untuk acaranya refleksi. Sudah tidak terhitung karya-karya yang diterbitkan oleh Prie GS, baik dalam bentuk puisi, cerpen, kolom, kartun, maupun buku-buku humor. Sebab, sejak memulai debutnya sebagai seniman, setiap pekan dia selalu menulis dan menggambar untuk diterbitkan di media massa. (Sen)