Banjir Surut, Tanggul Jebol di Kudus Ditambal

  • Bagikan
GOTONG ROYONG: Personel BBWS, BPBD, Banser, PUPR, dan warga bahu-membahu menambal tanggul jebol di Dukuh Goleng, Desa Pasuruan Lor, Jati, Kudus, kemarin. (EKO SANTOSO/RADAR KUDUS)

KUDUS, RAKYATJATENG – Tanggul Jebol di Dukuh Goleng, Desa Pasuruan Lor, Jati, Kudus, mulai ditambal kemarin. Hal ini setelah kondisi air yang membanjiri wilayah tersebut perlahan surut. Meskipun belum total.

Penambalan mulai pukul 08.00. Satu alat berat didatangkan untuk mempercepat pekerjaan ini. Begitu pula deretan dam truk dengan material urugan. Tak lama berselang, satu truk berisi ratusan bambu tiba.

Penambalan dimulai dengan membentangkan tali di sepanjang tanggul yang jebol. Tali itu difungsikan untuk membuat semacam garis lurus. Yang menjadi acuan penancapan bambu.

Bambu-bambu sepanjang sekitar 8 meter kemudian ditancapkan dengan bantuan ekskavator. Dibuat dua baris. Setelah tertancap, bagian tengahnya diberi tanah yang telah dimasukkan ke dalam sand bag.

Nisar, perwakilan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Paket Pekerjaan Sungai Gelis menyampaikan, pihaknya mengerahkan 30 personel, dua ekskavator, dan beberapa truk dam untuk proses penambalan tanggul ini.

Satu ekskavator berada di lokasi tanggul untuk menancapkan bambu dan mengangkat tanah dalam sand bag. Satu lagi difungsikan untuk megeruk tanah di lahan yang berada di kiri jalan sebelum jembatan. Untuk kemudian, dimuat dengan truk dam dan dibawa ke lokasi.

Nisar menjelaskan, dalam proses penambalan ini, dikoordinasikan untuk fokus menutup tanggul sementara. Tujuannya, agar yang bocor tertutup dulu. Guna antisipasi kemungkinan turunnya hujan. Sehingga air kali Gelis kembali meluap. ”Untuk tanggul permanen akan dipikirkan setelah ini,” jelasnya.

Dalam proses penambalan ini, BBWS tak sendiri. Dibantu BPBD Kudus, Bagana Banser, polisi, TNI, dan warga sekitar.

Ketua Unit Bagana Banser Kudus Noor Yanto menyampaikan, pihaknya telah menginstruksikan personelnya untuk terlibat. ”Sejak awal kejadian kami telah terlibat. Dari proses awal evakuasi hingga penambalan hari ini. Penambalan ini, kami kerahkan sekitar 60 personel,” ujarnya.

Pantauan wartawan koran ini, berbagai pihak tersebut bekerja sama dan bagi tugas. Sebagian berenang menggenakan pelampung untuk mengantarkan bambu. Lainnya, berupaya menata bambu pada posisi sebelum ditancapkan dengan ekskavator. Ada pula yang bertugas mewadahi tanah ke sand bag.

Sampai dengan pukul 12.00, seperempat dari panjang tanggul telah terpasang bambu. Beberapa tanah dalam sand bag juga telah dimasukkan. Sayangnya, sekitar pukul 13.00 hujan mengguyur. Proses penambalan pun terhambat.

Sementara itu, sekitar seratus pengungsi korban banjir memilih kembali ke rumah. Akibatnya, lokasi pengungsian kosong. Sehingga, penanganan pengungsi difokuskan untuk dapur umum. Guna menyuplai logistik warga korban banjir.

Kepala Desa Pasuruan Lor Nor Badri mengatakan, sejak kejadian Jumat malam (1/1) lalu, pihak desa dibantu BPBD, Kodim, dan Polres, telah mengungsikan sekitar seratus warga. Mereka terutama yang lansia, sakit, dan ibu hamil.

Korban yang berhasil dievakuasi dibagi ke dua lokasi pengungsian. Di TPQ Khuriyatul Fikri dan SMP Muhammadiyah 2.

”Kemarin (Sabtu, 2 Januari, Red), sebenarnya telah ada evakuasi dengan perahu dari BPBD, Kodim, dan Polres. Tetapi, korban yang telah mengungsi kemudian dijemput pihak keluarga. Mereka sebagian memilih tinggal di rumah kerabat. Ada pula yang nekat balik,” jelasnya.

Untuk itu, pihaknya bersama warga sekitar, BPBD, PMI, dan berbagai pihak di lokasi pengungsian fokus untuk optimalisasi dapur umum.

”Dari dapur umum ada sekitar 1.200 bungkus makanan untuk disalurkan kepada warga dalam sekali pendistribusiaan. Sehari ada tiga kali pendistribusian. Pagi, siang, dan sore. Itu semua untuk mereka yang bertahan di lokasi. Karena kami pastikan agar mereka tidak kelaparan,” imbuhnya.

Salah seorang warga yang sejak kemarin aktif di dapur umum adalah Tasminah, 46. Warga RT2/RW 10, Desa Pasuruan Lor, itu rumahnya tak terkena banjir.

”Saya turut prihatin. Jadi, saya di dapur umum ini bentuk solidaritas,” ujarnya.

Terpisah, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kudus Wiyoto menyatakan, pihaknya sementara fokus untuk menyediakan logistik bagi warga yang bertahan.

”Kebutuhan warga kami suplai dari dapur umum,” katanya.

Hal ini karena, banyak warga yang memilih bertahan. Sementara yang semula mengungsi, memilih ke rumah kerabat dan sebagian kembali.

”Warga memilih bertahan karena merasa rumahnya masih bisa ditempati dan menjaga barang-barang. Namun kami tetap siap siaga untuk evakuasi sewaktu-waktu,” terangnya.

Sementara itu, salah satu warga yang bertahan Mardi, 48, warga RT 1/RW 12, Desa Pasuruan Lor, memilih bertahan karena rumahnya hanya tergenang sekitar 30 sentimeter. Jadi, masih bisa ditempati.

Senada juga diungkapkan warga lain yang masih satu RT, Ponirin, 45. Dia juga tetap bertahan. Tetapi istri dan anaknya diungsikan ke rumah mertua di Desa Singocandi, Kota, Kudus.

”Soalnya kalau ditaruh ke lokasi pengungsian ribet, karena nanti wira-wiri. Jadi, mending ke rumah mertua,” imbuhnya. (ks/lin/top/JPR/JPC)

  • Bagikan