KLATEN, RAKYATJATENG – Lumpia duleg atau sosis duleg merupakan makanan khas Klaten yang kini mulai langka. Lumpia mini ini mempunyai keunikan sendiri dibanding lumpia pada umumnya. Kelezatannya membuat sejumlah orang yang mencicipinya ketagihan.
Bahan utama pembuatan lumpia khas Klaten ini adalah pati onggok yang dihasilkan oleh saripati pohon aren. Pati yang sudah direndam selama sehari semalam kemudian disaring dan dicampur dengan tepung terigu. Bumbu yang dibutuhkan adalah bawang, garam dan merica. Untuk isiannya, dahulu pernah menggunakan pepaya muda, tapi sekarang diganti dengan taoge.
Cara menikmati lumpia ini dengan menggunakan juruh atau saus yang terbuat dari larutan gula jawa dan bawang untuk menambah kelezatan. Juruh itulah yang menjadikan lumpia ini disebut dengan lumpia duleg karena cara makannya dengan dicocol ke saus tersebut.
Sentra pembuatan lumpia duleg berada di Dukuh Lemburejo, Desa Gatak, Delanggu, Klaten. Terdapat 15 warga yang sampai kini masih memproduksi lumpia duleg. Salah satunya, Mbah Daliyem yang sudah membuat lumpia ini lebih dari setengah abad.
Beda dari penjual lainnya, Mbah Daliyem menjajakan dagangannya dengan cara dipikul. Ia berjualan dari pukul 10.00 WIB sampai dagangannya laku semua.
“Saya jualannya jalan kaki, dagangannya digendong. Biasanya mulai keliling jam 10.00 pagi sampai habis baru pulang,” ungkapnya
Selain Mbah Daliyem, ada Nur Hidayah yang merupakan penjual lumpia yang sudah berjualan selama 18 tahun. Dalam sehari ia membuat 1.600 lumpia menggunakan empat kg Pati Onggok. Nur Hidayah mengatakan, saat pandemi seperti ini, penjualan lumpia sedikit menurun. Biasanya dalam sehari ia bisa membuat adonan dua kali. Tetapi untuk saat ini hanya membuat adonan satu kali.
Srianto (52) seorang pembeli lumpia duleg ini mengatakan baru pertama kali membeli lumpia ini.
“Baru sekali beli lumpia. Harganya satu pack tadi lima ribu. Dengan harga segitu gak kemahalan. Beli ini ya karena ini makanan khas Klaten, sekalian membantu UMKM yang terdampak pandemi ini,” jelasnya. (*)