WONOGIRI, RAKYATJATENG – Pemkab Wonogiri Jawa Tengah memutuskan kembali menutup sejumlah objek wisata pada libur Natal dan Tahun Baru 2021 (Nataru). Ini guna mencegah kerumunan yang berpotensi menyebarkan Covid-19. Masyarakat terus diingatkan bahwa pandemi belum berakhir.
“Kami nggak mau kecolongan. Objek wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM) kami tutup lagi. Kami sosialisasikan lebih awal agar masyarakat yang punya rencana berwisata ke sana di-pending dulu,” ujar Bupati Wonogiri Joko Sutopo.
Selain WGM, penutupan juga diberlakukan bagi objek wisata lain, baik yang dikelola swasta, perorangan, maupun BUMDes. Kapan kebijakan tersebut diterapkan, bupati masih mengkajinya bersama pihak terkait. Dijadwalkan pertengahan bulan ini surat edaran dari pemkab terbit.
Sebelumnya, sejumlah objek wisata, termasuk WGM telah dibuka, Minggu (29/11). Kebijakan tersebut diambil saat Joko Sutopo menjalani cuti masa kampanye. Tetapi dia mengaku ikut dilibatkan di dalamnya.
Menurut dia, pembukaan objek wisata plesiran kala itu saat Wonogiri berada di zona kuning atau potensi penyebaran rendah. Bahkan, saat itu menuju zona hijau dalam potensi penularan Covid-19. Tujuannya, pemkab ingin memacu pertumbuhan ekonomi tanpa mengabaikan kesehatan.
“Maka, ruang publik seperti alun-alun dan objek wisata kami buka dalam masa percobaan dan dengan protokol kesehatan ketat. Kalau ada sesuatu berkaitan dengan Covid-19 yang meningkat signifikan secara otomatis, pemerintah akan mengambil kebijakan baru, itu sudah kami kaji,” beber dia.
Ditambahkan Joko Sutopo, saat ini, angka terkonfirmasi positif Covid-19 di Wonogiri meningkat. Maka diputuskan kebijakan baru yakni menutup kembali tempat plesiran.
Bupati menyayangkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan sedikit luntur. Salah satunya disebabkan mulai dibukanya kegiatan yang bersifat mengumpulkan massa di ruang publik. Misalnya hajatan.
"Di bulan-bulan yang dianggap baik (untuk menikah), yang merantau pulang," ucap bupati yang akrab disapa Jekek itu.
Dikhawatirkan, banyak di antara kaum boro yang pulang itu berstatus orang tanpa gejala (OTG). Karena itulah muncul klaster keluarga
"Kesadaran masyarakat melemah karena pandemi ini sudah berlangsung cukup lama. Kami tidak menyalahkan masyarakat. Maka, langkah yang kami ambil yakni sosialisasi ulang (bahaya Covid-19)," urainya.
Sosialisasi ulang, lanjut bupati, sekaligus mengantisipasi ledakan kasus Covid-19. "Kalau yang melakukan sosialisasi pak polisi, pak tentara, ada dokter, bidan dan perawat, pasti menjadi perhatian serius masyarakat,” pungkasnya. (rs/ria/per/JPR/JPC)