BANDUNG, RAKYATJATENG - Kabar gembira disampaikan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil.
Lewat akun Instagram @ridwankamil, Kang Emil -- sapaan akrab Ridwan Kamil -- mengabarkan kedatangan keluarga besar Inggit Garnasih, Senin (28/9/2020).
Ia menerima langsung anak dan cucu ibu Inggit. “Ternyata cucu ibu Inggit ada tujuh. Dari dua anak angkat,” katanya.
Kedatangan mereka terkait kesepakatan mayoritas keluarga besar, guna menyerahkan dokumen penting bersejarah, yakni surat nikah dan akta cerai Sukarno-Inggit, kepada negara.
“Tidak untuk dijual kepada kolektor pribadi,” lanjut Kang Emil.
Bahwa negara nanti akan mengganti biayanya, keluarga besar menyerahkan kepada aturan dan regulasi yang ada.
Tentu, sebagaimana yang diharapkan masyarakat Indonesia, Kang Emil merespons positif maksud baik keluarga ibu Inggit tersebut.
“Insya Allah, jika semua rencana berjalan baik, kami akan proses secara prosedural. Dan, menurut hemat kami, dokumen bersejarah tersebut akan lebih afdal jika disimpan di Gedung Arsip Nasional, bukan di lingkungan Pemprov Jabar,” paparnya.
Pertemuan keluarga besar Inggit Garnasih dan Kang Emil, menunjukkan ikatan mendalam sesama warga Jabar.
Pada kesempatan tersebut, Kang Emil tidak sebatas memosisikan diri sebagai seorang pemimpin.
Tetapi, lebih dari itu, berperan aktif menjadi anak bangsa yang wajib menjaga risalah penting milik bapak bangsanya, Ir Sukarno.
Agar dokumen berharga itu tetap bisa diakses melalui lembaga resmi negara: Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Perhatian Terhadap Bung Karno
Bandung, Soekarno dan Kang Emil. Bila kita jeli. Ada ikatan emosional antara ketiganya.
Di Bandung, Sang Proklamator menyelesaikan pendidikan tinggi. Dalam semangat pergerakan nasional melawan penjajah.
Di sana pula, si Bung Besar merasakan lantai dingin penjara Banceuy (1929), dan penjara Sukamiskin (9 Desember 1930 - 31 Desember 1931), karena lantang menyerukan perlawanan terhadap rezim kolonial Belanda.
Pun cinta putra Sang Fajar bersemi di Kota Kembang. Ia mempersunting perempuan Sunda: Inggit Garnasih pada 1923. Kemudian bercerai tahun 1942, sebelum menikahi Fatmawati.
Peristiwa di atas terbingkai apik dalam sejarah bangsa ini. Sudah 90 tahun lamanya. Bila mengacu pada masa Sukarno menjalani hukuman penjara.
Sementara generasi belakangan, lewat representasi Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, tidak boleh tidak. Mesti menjaga bingkai sejarah terkait Bandung dan si Bung, agar tetap terawat, tak lusuh digerogoti “rayap zaman”.
Pada 2015, Kang Emil meresmikan nama Jalan Dr Ir Sukarno. Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, 10 November.
Sebagai Wali Kota Bandung, ia ingin mengabadikan nama Presiden RI pertama, menggantikan nama Jalan Cikapundung Timur. Di sebelah Gedung Merdeka.
Tidak sampai di situ. Kepekaan Kang Emil atas pentingnya sejarah Bandung dan Bung Karno, juga diwujudkan lewat revitalisasi monumen Penjara Banceuy pada 2015 lalu. Memeriahkan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA).
Monumen Sukarno di Aljazair
Apresiasi Kang Emil terhadap sosok bapak bangsa, Ir Sukarno, juga tampak dalam garapan Monument de Soekarno.
Kang Emil mendapat kepercayaan mendesain monumen-taman di lokasi strategis tengah kota ibu kota Aljazair, Alger. Sedangkan pembuatan patung dada Bung Karno oleh pematung, Dolosora Sinaga.
Peresmian Monument de Soekarno dilakukan pemerintah Aljazair, Juli 2020. Monumen tersebut menandakan hubungan persahabatan kedua negara yang sangat erat.
Kang Emil menggabungkan sisi ketokohan Bung Karno dan ke-Aljazair-an sekaligus, dalam desainnya yang begitu apik.
Maka terciptalah: Taman berbentuk bulan sabit dengan patung Bung Karno di tengahnya, sedang menunjukkan jari ke atas. “Seolah sedang berteriak: ‘Wahai negara Asia-Afrika, kita lawan kolonialisme!’” kata Kang Emil. (*)