Kisah Mbah Khotim, Penerima Bantuan Modal dari Presiden dan Walikota Semarang

  • Bagikan
Camat Candisari Moeljanto saat memberikan bantuan sembako dan modal usaha kepada Mbah Khotim, di rumahnya, Senin (17/8). (ADENNYAR WYCAKSONO/JAWA POS RADAR SEMARANG)

SEMARANG, RAKYATJATENG – Mbah Khotim (70) pekan lalu menjadi korban penipuan. Kisah penjual jajanan keliling ini sampai ke Presiden Joko Widodo dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Kemarin, ia menerima bantuan modal usaha agar bisa berjualan kembali.
ADENNYAR WYCAKSONO

MBAH Khotim terkejut ketika Camat Candisari Moeljanto datang ke rumahnya di Jangli Telawah IV RT 03 RW 09 Kelurahan Jangli, Kecamatan Candisari. Apalagi Moeljanto datang tidak sendiri. Tapi bersama Lurah Jangli dan anggota Bhabinkamtibmas.

Tujuan camat untuk memberikan bantuan berupa sembako dan modal usaha bagi Mbah Khotim agar bisa kembali berjualan.

Pekan lalu, Mbah Khotim menjadi korban penipuan. Total dagangannya senilai Rp 400 ribu dilarikan oleh seorang wanita dengan modus ingin memesan jajanan yang dijual.

Mendapatkan bantuan pemerintah, sontak tangis Mbah Khotim pecah. “Sebenarnya saya sudah ikhlas, Mas. Alhamdulillah dari kejadian ini banyak yang memberikan bantuan,” katanya sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya.

Mbah Khotim menceritakan kejadian pilu yang dialami pada Selasa (11/8) lalu. Saat itu tidak ada firasat apapun, kaki renta Khotim melangkah untuk menjajakan jajanan yang diambil dari tetangganya untuk dijual kembali.

Ketika melintas di sebuah gudang pakaian di daerah Jangli, tiba-tiba langkah kakinya dihentikan oleh seorang wanita yang mengendarai sepeda motor matic. Tanpa curiga, Khotim berhenti dan melayani wanita tersebut.

Singkat cerita, wanita itu ingin membeli semua dagangan yang dijual. Saat itu, lanjut Khotim, ia tidak curiga, bahkan ia senang karena bisa pulang cepat jika semua dagangannya diborong.

“Katanya di rumah wanita itu ada acara, nggak curiga. Semua dagangan sudah diborong tapi belum dibayar. Saya dibonceng diajak ke rumahnya di wilayah Jatingaleh, karena akan dibayar di rumah,” tuturnya.

Setelah berputar-putar di daerah Jatingaleh sekitar 30 menit, Mbah Khotim sempat bertanya di mana rumah wanita tersebut. Sampai akhirnya ia diturunkan di depan Kelurahan Jatingaleh. Semua dagangan dan dompet yang berisi uang hasil jualan dibawa wanita tersebut dengan dalih agar tidak jatuh.

“Setelah diturunkan di depan kelurahan, dia bilang kalau mau ambil kunci di rumah ibunya. Saya baru sadar dompet dan dagangan saya dibawa sama embak-nya itu,” ceritanya.

Seingat Mbah Khotim, pelaku memakai kaos putih, celana jins, bertubuh gempal, serta berusia relatif muda. Pelaku yang mengendarai motor matic warna hitam itu kemudian meninggalkan Mbah Khotim.

“Saat turun masih nggak curiga, saya sempat tunggu sampai satu jam. Dan berharap akan kembali, namun ternyata tidak, dan baru sadar kalau saya diapusi (ditipu, Red),” katanya sedih.

Karena dompet hasil jualan juga dibawa, Mbah Khotim hanya bisa pasrah dan meratapi nasib sialnya di usia senja. Akhirnya, ia memilih pulang jalan kaki, padahal jarak antara rumah dan kantor Kelurahan Jatingaleh cukup jauh.

Dalam hati ia juga sedih dan bingung karena tidak bisa membayar uang setoran jajan yang diambil dari tetangganya.

“Di dompet ada uang Rp 400 ribu, itu hasil jualan beberapa hari. Kalau jumlah dagangan hari itu sekitar Rp 50 ribu. Pulangnya saya jalan pelan-pelan, untuk bisa sampai rumah karena memang tidak ada uang untuk naik angkot,” ucap nenek yang hidup tanpa anak ini.

Ia mengaku, selama 30 tahun berjualan jajanan, sudah dua kali ditipu. Sepuluh tahun lalu juga sempat ditipu pembeli yang membayarnya dengan uang palsu. “Kalau sehari-hari bisa mendapat Rp 30 ribu, kalau ramai bisa Rp 50 ribu. Setiap hari saya berjualan mulai pukul 07.00 sampai 13.00,” kata nenek yang tinggal bersama adiknya ini.

Ternyata nasib pilu yang diterima Khotim sempat menjadi perbincangan, bahkan sampai ke telinga orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo dan Walikota Semarang Hendrar Prihadi.

Belum lama ini, menurut informasi, asisten ajudan presiden bernama AKP Syarif Muhammad datang dan mengaku diperintahkan presiden untuk memberikan bantuan sembako dan modal kepada Mbah Khotim.

“Iya, Minggu (16/8) kemarin ada yang datang. Katanya disuruh Pak Presiden,” ucap dia.

Rasa empati juga datang dari jajaran Pemerintah Kota Semarang. Camat Candisari Moeljanto ditemani Lurah Jangli dan Bhabinkamtibmas setempat mendatangi rumah Mbah Khotim.

Pemkot memberikan bantuan sembako sekaligus bantuan modal usaha agar menjadi tambahan modal bagi Mbah Khotim untuk berjualan jajanan kembali.

“Saya berterima kasih kepada semuanya yang telah membantu. Pak Wali, Pak Presiden, saya terima kasih sekali. Tidak saya sangka membantu saya,” ucapnya.

Meski di usia senja, Khotim enggan berpangku tangan. Ia mengaku akan tetap bekerja sampai ia tak sanggup. Baginya, mengharap belas kasihan orang lain adalah pantangan.

“Hidup itu ya untuk kerja dan ibadah, kalau ada rezeki ya kalau bisa dibagi. Kalau trauma jelas masih ada,” akunya.

Camat Candisari Moeljanto mengatakan, jika warganya tersebut merupakan pedagang kecil yang setiap hari berjualan keliling. Mbah Khotim telah mengetuk hati Pemerintah Kota Semarang.

“Kita serahkan bantuan dari Pemkot, semoga bermanfaat,” tuturnya.

“Atas nama Bapak Wali Kota, kami memiliki kepedulian terhadap warga yang mengalami musibah, apalagi di tengah pandemi. Ada bantuan tambahan modal, mudah-mudahan bisa bermanfaat. Kami doakan Ibu Khotimah sehat, produktif berjualan, dan tambah maju,” katanya. (*/aro/JPC)

  • Bagikan