Melihat dari Dekat Kung Mania, Pecinta Perkutut Boyolali

  • Bagikan
Burung berkicau yang digemari Kicau Mania tak hanya Lovebird atau Murai. Buktinya, di Boyolali ada ribuan Kicau Mania yang hobi memelihara burung perkutut. Mereka juga eksis menggelar perlombaan tingkat nasional. Seperti apa?

BOYOLALI, RAKYATJATENG – Bicara soal burung memang tak pernah ada habisnya. Suaranya yang khas membuat orang mudah jatuh cinta bahkan tergila-gila. Pehobinya pun juga tidak sedikit. Sampai ada komunitas pecinta burung sesuai jenis burungnya.

Salah satu komunitas pecinta burung yang terus aktif yakni Pecinta Perkutut, Puter, Derkuku Boyolali (P3DB), Jawa Tengah. Sesuai namanya, komunitas ini dibentuk untuk mewadahi pecinta burung perkutut. Berdiri sejak 2016 lalu.

Menariknya, Si Kung Mania (sebutan pecinta perkutut, puter, derkuku) ini banyak dari kalangan anak muda. Berbeda dengan dulu yang hanya dipelihara oleh pria paroh baya.

Saat ini banyak anak muda yang kepincut suara perkutut. Apalagi jika Si Kung ini sudah bersuara. Siapapun pasti akan terpesona. Tak heran jika banyak anak muda yang memelihara burung ini. Bahkan komunitas sengaja membuat ajang kontes kicauan burung perkutut.

Nah, kontes kutut inilah yang paling ditunggu-tunggu pecinta Kung Mania. Apalagi selama ini dari banyak kontes kicauan burung, belum ada yang mengadu burung perkutut. Di kontes inilah, Kung Mania beradu “kesaktian” dalam merawat burungnya.

Ada dua kategori perlombaan perkutut. Yakni kontes kicauan dan kontes warna. Seluruh burung perkutut digantangkan di jajaran gantangan (tempat perlombaan burung berkicau).

Kicauan perkutut yang paling lama keluar sebagai juara. Kontes burung ini biasanya digelar setiap Minggu. Tempatnya pun berpindah-pindah. Khusus untuk kategori warna, perkutut yang paling indah warnanya itulah yang paling bagus.

Untuk menghasilkan perkutut juara bukanlah perkara yang mudah. Butuh waktu lama dan ketelatenan agar Si Kung bisa bekicau panjang dan berwarna menarik. Caranya dengan kawin silang antara perkutut lokal dengan Bangkok.

Tujuh bulan kemudian anak hasil perkawinan silang itu dikawinkan silang lagi dengan perkutut lainnya. Tujuannya supaya karakter suaranya bisa seperti indukannya. Untuk menghasilkan perkutut warna juga sama prosesnya. Tak salah jika harga perkutut ini cukup mahal.

”Kontes perkutut ini diadakan se Indonesia. Setiap triwulan (tiga bulan sekali), alhamdullilah banyak peserta yang minat dari seluruh Indonesia,” kata Ketua P3DB, Habib Amrullah kepada Jawa Pos Radar Solo belum lama ini.

Menurutnya, banyak yang hobi memelihara burung perkutut. Untuk itu melalui komunitas burung perkutut ini, bisa jadi wadah silaturahmi. Sekaligus melestarikan burung perkutut yang konon adalah burung bersejarah. Kini, pecinta perkutut yang bergabung dengan P3DB mencapai 3.000 orang.

”Kami berharap komunitas ini selalu eksis dan anggota terus bertambah,” imbuhnya. (rs/wid/per/JPR)

  • Bagikan