Beteng Trade Center Solo Dibuka Kembali, Terapkan Protokol Kesehatan Lebih Ketat

  • Bagikan
Hari pertama operasional kembali BTC diawasi ketat Bhabinkabtibmas dan linmas. (DAMIANUS BRAM/RADAR SOLO)

SOLO, RAKYATJATENG – Operasional Beteng Trade Center (BTC) Solo dibuka kembali, hari ini (23/7). Sebelumnya, BTC memang ditutup sepekan, menyusul adanya salah seorang karyawan toko yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Pada hari pertama beroperasi kembali, mayoritas pedagang belum ada yang memulai kegiatan jual beli. Para pedagang baru terlihat memasukkan barang dagangan ke kios masing-masing.

Manajemen pun memberi waktu buka lebih panjang. Yakni dari pukul 07.00 sampai pukul 19.00. Sementara besok (24/7), waktu operasional BTC kembali normal, mulai pukul 09.00 hingga pukul 18.00.

“Kami beri waktu bagi pedagang yang butuh loading barang. Biar lebih santai waktunya. Bisa loading pagi, siang, sore, atau malam hari. Hari ini belum 100 persen pedagang mulai jualan. Kami bebaskan kapan pedagang mau buka kios. Ada yang penginnya hari ini, besok atau kapan, kami tidak memaksa,” beber pengelola BTC Henry Purwanto kepada Jawa Pos Radar Solo.

Yang terpenting, manajemen BTC telah menerima surat resmi dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surakarta untuk bisa beroperasi kembali. Henry menyebut, tugasnya sebagai manajemen sudah selesai mematuhi kebijakan yang ditetapkan Pemkot Surakarta.

“Yang penting BTC sudah kami buka kembali. Soal pedagang mau mulai dagang kapan, bebas saja,” sambungnya.

Selama sepekan ditutup, BTC melakukan penyemprotan disinfektan setiap hari. Guna mensterilkan seluruh ruangan pusat perbelanjaan tersebut. Selain itu, pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surakarta juga sudah memantau langsung dan mengecek kondisi BTC sebelum resmi dibuka kembali.

“Ada beberapa masukan yang sudah kami penuhi semua. Sehingga surat resminya bisa keluar. Masukannya seputar memperketat lagi protokol kesehatan. Mengingatkan pedagang, reseller, dan pengunjung untuk selalu pakai masker. Juga penambahan thermogun dan tempat cuci tangan,” jelas Henry.

Terkait hasil tracing, Henry menyebut, manajemen tidak berwenang soal itu. Sebab, mulai dari pasien yang positif Covid-19 hingga tracing menjadi ranah Dinas Kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surakarta. Pihak manajemen hanya melakukan rapid test bagi staf manajemen.

“Kalau pedagang, tidak mungkin kami rapid test. Karena jumlahnya ribuan,” imbuhnya.

Selama penutupan tujuh hari, pedagang diimbau melakukan karantina mandiri. Namun, beberapa di antaranya tetap berjualan di rumah atau tempat lain. Henry mengaku tidak bisa memaksa pedagang untuk tidak bekerja.

“Buat sebagian orang, tujuh hari bisa buat karantina mandiri. Tapi ada juga yang harus cari uang. Ya kami tidak bisa memaksa. Masing-masing individunya saja,” tandas dia. (aya/ria)

(rs/aya/per/JPR/JPC)

  • Bagikan

Exit mobile version