Cara Unik Kejari Blora Ungkap Kasus dengan Nyepeda

  • Bagikan
Kejari Kudus Rustiningsih bersama para jaksa dan karyawan saat ziarah di Makam Taman Pahlawan Kudus kemarin. (KEJARI KUDUS FOR RADAR KUDUS)

BLORA, RAKYATJATENG – Kejaksan Negeri (Kejari) Blora memiliki cara unik untuk mengendus dan membongkar praktik dugaan korupsi. Salah satunya dengan nyepeda santai.

Kasi Intelijen Kejari Blora Muhammad Adung kemarin mengatakan, untuk mengungkap kasus harus lebih banyak mendengar. Lebih banyak terjun lapangan. Sehingga benar-benar mengetahui kondisi riil dan persoalan di bawah. ”Salah satunya dengan nyepeda, kita sambil dengar kabar dari bawah,” ujarnya.

Untuk menggali dan memperkaya data di lapangan, laki-laki ini biasanya keliling berbagai tempat. Berbekal HP dan sepeda dia biasa berkeliling Blora. Baik ke pasar, desa-desa, pekerja proyek, dan lainnya.

”Ya keliling seperti biasa. Lihat-lihat kemudian kita foto. Baru kami undang yang bersangkutan. Kalau ada kekurangan kita ingatkan terlebih dahulu. Kami lebih mengedepankan upaya preventif,” jelasnya.

Selain itu, dia juga lebih mendekatkan diri dengan masyarakat. Sehingga banyak informasi yang masuk.

”Seperti kasus dugaan pungli Pasar Induk Cepu. Awalnya kami dapat slentingan saat saya terjun sendirian ke pasar. Tanya-tanya ke pedagang. Tak hanya satu atau dua kali. Berkali-kali. Setelah itu baru melakukan panggilan,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Kejari (Kajari) Kudus Rustiningsih menganggap seluruh pegawainya sebagai keluarga. Dalam memimpin, dia memposisikan diri menjadi seorang ibu. Dari berbagai karakter, dirinya mencoba memahami dengan melakukan pendekatan personal. Dengan memahami masing-masing karakter, mereka dapat bersama-sama bekerja seirama.

”Di sini ada berbagai karakter. Ada yang lucu, ada yang ndablek. Semua diperlakukan sama seperti anak sendiri, dengan pendekatan sesuai kepribadian masing-masing. Pendekatan kejiwaan seperti pendekatan seorang ibu ke anak-anaknya,” kata Rustiningsih saat ditemui di kantornya kemarin.

Dalam pandangannya, menjadi seorang pemimpin tak melulu harus selalu berada di depan. Ada kalanya seorang pemimpin juga bertindak sebagai motivator. Rustiningsih mengibaratkan seperti penggembala. Kadang berada di belakang, sesekali perlu mencambuk, dan sesekali juga perlu menuntun bawahannya.

Perempuan yang sebelumnya bertugas di Kejari Minahasa Utara, Sulawesi Utara, ini telah berkecimpung di kejaksaan sejak 1991. Selama hampir 30 tahun, berbagai proses telah dilakoni. Tak banyak duka yang dirasakan. Selama bekerja, duka yang dialami tertutup dengan suka yang dirasakan.

Pengalaman paling berkesan dialami saat dia masih menjabat sebagai jaksa fungsional di Kejasaan Tinggi (Kejati) Jawa Timur. Dia menangani puluhan perkara terkait tindak pidana korupsi. Mulai dari kasus yang menjerat ketua DPRD hingga kepala dinas. Semua kasus ditangani sendiri hingga di persidangan.

”Saya pernah sidang dari isya (sekitar pukul 19.00) sampai jam 02.00 di pengadilan tindak pidana korupsi di Surabaya,” ujar perempuan kelahiran Batang, 16 November 1966 ini.

Meski memiliki kegiatan yang padat dan melelahkan, Rustiningsih tetap menjalankan perannya sebagai ibu. Dengan kondisi yang ada, anak-anaknya dilatih untuk hidup mandiri sejak kecil. Tetapi, sebisa mungkin dia menyempatkan waktu untuk mereka. Sebab, dia tak ingin kehilangan momen perkembangan anak.

”Sejak malam, saya sudah meracik bahan untuk makanan pagi. Jadi padi tinggal sreng sreng sebentar, menyiapkan makanan untuk anak,” tutur perempuan lima bersaudara ini.

(ks/sub/daf/lin/top/JPR/JPC)

  • Bagikan