SOLO, RAKYATJATENG – Berbeda dengan SMA/SMK negeri yang didominasi siswa dari dalam kota, sejumlah sekolah swasta favorit di Kota Bengawan, Solo, justru dibanjiri peminat dari luar daerah. Bahkan, pendaftaran sudah dimulai sebelum penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMAN/SMK negeri dibuka.
Wakil Kepala SMK Warga Surakarta Antonius Iwan Wahyudi mengatakan, pendaftaran sudah dibuka sejak awal 2020. Bahkan, peminat justru banyak yang dari luar Kota Solo, seperti Bekasi, Jakarta, Lampung, Palembang, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Riau.
“Sejauh ini tidak ada lonjakan pendaftar siswa baru di SMK Warga. Kami masih membuka pendaftaran dan akan ditutup apabila kuota setiap jurusan penuh,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Solo, Jumat (3/7).
Wahyudi mengatakan, pihaknya membuka jurusan dengan total kuota 300 siswa. Kuota tersebut akan dibuka menjadi sembilan rombongan belajar (rombel). Terdiri dari jurusan pemesinan empat kelas, jurusan teknik kendaraan ringan empat kelas, dan teknik elektronika industri satu kelas.
“Biasanya yang mendaftar di SMK Warga itu memang minat sejak awal di SMK Warga. Kami bersyukur SMK Warga masih dipercaya masyarakat dan menjadi pilihan sekolah untuk alumni SMP. Ditambah lagi peminatnya lengkap dari seluruh Indonesia,” terang.
Meski demikian, pendaftar yang ingin masuk SMK Warga masih bisa tertampung sampai kuota penuh. Tidak berbeda jauh, SMA Islam Terpadu (SMAIT) Nur Hidayah juga dipenuhi pendaftar dari luar Solo. Dan hingga saat ini pendaftaran masih dibuka sampai kuota terpenuhi.
“Kami masih membuka pendaftaran dan akan ditutup begitu kuota terpenuhi. Dan kuota yang masih ada untuk jurusan MIPA putri dan IPS putri. Sekitar dua anak masih bisa,” ungkap Kepala SMAIT Nur Hidayah Heri Sucitro.
Heri mengaku peminat di SMAIT Nur Hidayah banyak yang berasal dari luar Kota Solo bahkan lintas pulau. Namun, pihaknya mengaku selektif dalam menerima calon peserta didik. Pihaknya malah cenderung menghindari calon peserta didik yang gagal mendaftar sekolah negeri.
“Kami tidak menjadi sekolah rujukan bagi yang gagal di sekolah negeri. Jika anak minatnya ke negeri, maka tidak kami terima karena biasanya anaknya susah diarahkan. Yang kami terima anak yang menjadikan sekolah kami sebagai pilihan pertama,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Cabang Dinas (Cabdin) wilayah VII Disdikbud Provinsi Jateng Suyanta meminta agar wali murid dan calon peserta didik mulai menyiapkan opsi ke sekolah swasta. Sebab, lulusan SMP baik negeri maupun swasta di Solo sendiri sebanyak 10.031 siswa. Dan mereka memperebutkan delapan SMAN dengan kuota 3.271 siswa dan sembilan SMKN dengan kuota 4.926 siswa.
“Kalau semua (calon siswa, red) dapat sekolah negeri, itu tidak mungkin. Karena kapasitas siswa yang diterima juga terbatas. Sehingga perlu opsi cadangan ke sekolah swasta. Toh, dari kualitas pendidikan maupun pembayaran juga sama,” terangnya.
Suyanta mengatakan, dari segi biaya tidak terpaut jauh dengan negeri. Meski tahun ini SMA/SMK negeri masih gratis biaya sekolah. Namun, sekolah swasta juga mendapat bantuan operasional sekolah (BOS). Sehingga kalaupun ada siswa yang miskin, tetap akan mendapat bantuan. (rgl/bun/ria)
(rs/rgl/per/JPR)