Demo Uniba Solo Tuntut Dewan Pembina Yapertib Mundur, Solichul: Saya Ikhlaskan

  • Bagikan
Mahasiswa, dosen, dan karyawan Uniba menggelar aksi demo di kampus setempat, Selasa (30/6). (DAMIANUS BRAM/RADAR SOLO)

SOLO, RAKYATJATENG – Ratusan mahasiswa, dosen, dan karyawan Universitas Islam Batik Surakarta (Uniba) kembali menggelar aksi demonstrasi untuk kali ketiga di halaman kampus setempat, Kamis (2/7).

Mereka masih dengan tuntutan yang sama, meminta Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Islam Batik (Yapertib) Solichul Hadi Ahmad Bakrie dan kedua anaknya meletakkan jabatan. Mediasi yang difasilitasi jajaran Polsek Laweyan pun berakhir deadlock.

Kepada Jawa Pos Radar Solo yang mewawancarainya secara eksklusif, Solichul Hadi mengaku menyayangkan rentetan aksi demo yang dilakukan mahasiswa, dosen, dan karyawan Uniba. Padahal sebelumnya, sudah dimediasi jajaran Polsek Laweyan.

“Saya lihat demonya hebat. Sebagian mahasiswa, dosen, dan karyawan berhasil mempermalukan Uniba. Lalu rektor (Pramono Hadi) yang viral (aksi melepas baju dan mundur dari jabatan saat demo 30 Juni, Red) berhasil meruntuhkan citra perguruan tinggi yang harusnya baik. Saya kurang paham, pada pendemo sadar akan hal ini atau tidak?” ucap Solichul.

Solichul mengklaim pengangkatannya sebagai dewan pembina sudah sesuai aturan. Kinerjanya yang dinilai terlalu mengintervensi kebijakan akademik, menurut dia, sebenarnya hanya sebatas mengawasi. Dia mengaku terkait hak pengelolaan sudah diserahkan ke rektorat sejak tuntutan pertama, Juni lalu. Namun, pihak dekan mengaku tidak sanggup dan menyalahkan dirinya.

“Saya diangkat jadi dewan pembina sejak Januari. Sudah saya perkirakan ada pandemi (Covid-19) dan apa antisipasinya. Karena dari segi akademik dan pendanaan, sangat terdampak. Kami coba penuhi prioritas pembayaran gaji (dosen dan karyawan), penuh sampai Desember,” ujarnya.

Hasil evalusi pembelajaran daring yang awalnya dikeluhkan mahasiswa, memang masih kurang. Menurutnya efektivitas pembelajaran hanya 40 persen saja. Kemudian muncul keluhan-keluhan terkait uang kuliah tunggal (UKT) dan subsidi kuota. Lalu merembet agar Solichul dan kedua anaknya mundur dari Yapertib.

“Anak saya (Tetuko dan Astari) kompeten di bidangnya. Track record mereka lulusan luar negeri. Saya memasukkan mereka agar membantu dalam memperbaiki manajemen kampus bisa tertib dan lurus. Hanya setahun saja. Per Juni Astari sudah mundur dari staf keuangan Yapertib,” imbuhnya.

Sementara itu, Solichul belum kepikiran membawa kasus ini ke ranah hukum. Dia justru legawa jika diminta mengundurkan diri.

“Lihat hasilnya nanti. Saya legawa dan memperhatikan kepentingan mahasiswa, dosen, serta karyawan. Kalau diminta (mundur), bersedia dan Insya Allah saya ikhlaskan. Saya memang bagian ngosek yang kurang benar. Banyak yang tidak cocok karena saya push mutu dan kualitas pembelajaran. Saya sebenarnya tidak suka peran ini. Saya sudah tua,” tandasnya. (rgl/fer/ria)

(rs/rgl/per/JPR/JPC)

  • Bagikan

Exit mobile version