BRUSSELS, RAKYATJATENG – Penduduk AS harus menahan diri jika ingin bepergian ke Uni Eropa (UE). Benua Biru itu mulai membuka perbatasannya setelah sekian lama menutup diri karena pandemi Covid-19. Namun, tidak untuk semua negara. Warga Negeri Paman Sam, Brasil, India, dan Rusia termasuk golongan yang dilarang masuk.
Dilansir The Guardian, negara-negara anggota UE sudah membuat daftar 14 negara yang dinyatakan aman. Daftar itu tidak mutlak dan akan diperbarui setiap dua pekan. Jika ada kenaikan kasus, bisa jadi mereka dicoret. Tiongkok sejatinya akan dimasukkan daftar tersebut. Tapi, UE masih menunggu jawaban terkait persebaran virus di Beijing.
Daftar negara itu hanya saran. Masing-masing negara di UE bisa membuat kebijakan personal. Spanyol, misalnya. Mereka sejatinya ingin menggeliatkan lagi bisnis pariwisatanya.
Tapi, Madrid ingin bermain aman. Negara yang dipimpin Perdana Menteri Pedro Sanchez Perez-Castejon termasuk salah satu yang pernah terdampak Covid-19 cukup parah. Lebih dari 28 ribu nyawa melayang di Spanyol.
Pekan lalu Kroasia juga telah menerapkan aturan. Yaitu pengunjung dari Serbia, Kosowo, Bosnia, dan Makedonia Utara harus melakukan isolasi mandiri selama 14 hari jika ingin berkunjung. Itu disebabkan penularan di negara-negara tersebut mulai naik.
Padahal, Komisi Eropa awal bulan ini sempat memaparkan bahwa membuka perbatasan dengan negara-negara non-UE di Balkan Barat jadi prioritas per 1 Juli.
Masing-masing negara memang harus menimbang kemampuannya dalam mengendalikan virus SARS-CoV-2.
Terlebih, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan, angka penularan pandemi itu justru tengah melonjak. Virus tersebut masih berpeluang besar untuk terus menulari manusia karena banyak orang yang masuk golongan rentan.
’’Kenyataan pahitnya adalah (pandemi, Red) ini masih jauh dari kata berakhir,’’ terang Ghebreyesus Senin (29/6) seperti dikutip Channel News Asia.
Inggris, misalnya. Mereka belum berhasil mengendalikan penularan. Kota Leicester bahkan harus dikuntara karena menjadi hotspot penularan. Di kota tersebut kasus penularan pada anak-anak jauh lebih tinggi dibanding wilayah lainnya.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock kemarin (30/6) menegaskan bahwa sebagian besar anak-anak yang positif Covid-19 itu tidak menunjukkan gejala. Meski begitu, mereka bisa menularkan pada orang lain. Karena itu, seluruh sekolah di Leicester ditutup mulai Kamis.
Nasib serupa dialami Kota Cebu di Filipina. Sebanyak 69 pegawai di Balai Kota Cebu positif Covid-19. Empat orang sudah meninggal dunia. Total, ada 5.494 kasus di kota tersebut. Pemerintah Filipina mengerahkan dokter tambahan dan drone untuk membantu mengatasi penularan.
Setali tiga uang, Korea Selatan bernasib serupa. Belakangan mulai muncul klaster baru di kuil-kuil yang didatangi penduduk. Mereka berencana untuk memberikan label tulisan ’’Risiko Tinggi’’ di kuil-kuil agar penduduk menambah kewaspadaannya. Sebab, banyak yang tak memakai masker dan mengabaikan protokol kesehatan.
Salah seorang biarawan yang tertular di Kuil Gwangleug mengungkapkan bahwa dirinya sudah jaga jarak. Tapi, saat menemui jemaat, dia melepas maskernya karena udara panas. ’’Sekarang saya menyesal,’’ tegasnya. (sha/c13/dos/JPG/r6)