Tangani Covid-19, Hendi Pelajari Sejarah Wabah di Masa Lalu
SEMARANG, RAKYATJATENG - Untuk menangani wabah corona atau Covid-19, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi juga mempelajari sejarah adanya wabah di masa lampau.
Hendi, sapaan akrabnya, mengatakan, jika menggunakan pendekatan historis, memandang kasus Covid-19 dapat juga dilakukan dengan merujuk sejarah pandemi kolera melanda Indonesia dan beberapa negara di dunia pada tahun 1820an.
Di Kota Semarang sendiri, wabah kolera mulai muncul sekitar tahun 1821.
Dia menceritakan, pandemi kolera pada tahun 1821 mengakibatkan 1.225 warga Kota Semarang meninggal dunia hanya dalam waktu 11 hari.
Kasus pandemi kolera kemudian meluas ke berbagai daerah di pulau Jawa, dan kemudian menjadi salah satu pemicu terjadinya Perang Jawa, atau Perang Diponegoro.
Hal itu disampaikan oleh Wali Kota Semarang, saat didapuk sebagai salah satu pembicara Webinar Bulan Bung Karno 2020 yang diselenggarakan oleh DPP PDI Perjuangan, Selasa (9/6/2020).
Hendi menyebutkan, pada saat kolera melanda, masyarakat yang berada dalam masa sulit karena tekanan wabah, harus terbebani juga oleh sistem pajak yang dibuat oleh pemerintah kolonial, untuk meningkatkan pemasukan yang turun.
"Alhasil timbul pemberontakan, yang dimulai dari perlawanan Pangeran Diponegoro untuk membatalkan pajak puasa," katanya.
Hendi menuturkan catatan-catatan sejarah tersebut pun telah dirujuk dan menghasilkan sejumlah kebijakan keringanan pajak dan retribusi di Kota Semarang. Dia menegaskan, meski pendapatan asli daerah Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menurun drastis, namun nilai-nilai keadilan sosial tetap harus dikedepankan.
Maka dari itu, dia yang juga Ketua PDI Perjuangan Kota Semarang itu menegaskan jika dalam penanganan kasus virus Corona, Pemkot Semarang selalu menimbang dari dua sisi yaitu medis dan ekonomi.
"Bantuan sosial di distribusi, retribusi PKL dan Rusunawa kita gratiskan, retribusi pasar diskon 50%, tarif PDAM diskon 20% semua golongan, PBB diskon sampai 15%, dan pajak pendapatan juga kita beri penundaan pembayaran," terangnya.
"Kemungkinan New Normal yang nanti akan berjalan di bangsa kita, juga sebenarnya sama dengan PKM yang saat ini sudah berjalan di Kota Semarang sampai jilid 3. Artinya Kota Semarang sudah persiapkan lebih awal, dan kelonggarannya dilakukan bertahap," tekan Hendi.
Sebagai informasi, dalam Webinar Bulan Bung Karno 2020 tersebut, selain Hendi, hadir pula sejumlah tokoh antara lain Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDIP Bidang Kaderisasi dan Ideologi Djarot Saiful Hidayat, Pemimpin Redaksi Historia Bonnie Triyana, Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, serta Sekjen Transparency International Indonesia Danang Widoyoko.
Mengangkat tema 'Pancasila dan Keadilan Sosial' lebih dari 500 peserta tersambung secara langsung dengan metode Daring untuk mengikuti webinar tersebut. (Sen)