15 Tahun Merana, Janda Tua Ini Akhirnya Dapat Bantuan Pemerintah

  • Bagikan
TANGIS BAHAGIA: Tamini, warga RT 3/RW 5, Desa Lau, Dawe, Kudus, menangis setelah mengetahui dirinya mendapat bantuan dari pemerintah pusat. (DHONY SETYAWAN/RADAR KUDUS)

KUDUS, RAKYATJATENG – Tamini, warga RT 3/RW 5, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kudus, ini harus berdamai dengan keadaan hidup yang serba kekurangan. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dirinya berkeliling mengumpulkan rosok.

Sudah hampir 15 tahun dirinya merana dan tidak pernah mendapat bantuan pemerintah. Hingga akhirnya, kemarin tangis harunya pecah ketika mendapat undangan pengambilan bantuan sosial tunai (BST) dari Kementerian Sosial Republik Indonesia (RI).

Dengan nada bergetar, Tamini mengucap syukur ketika pendamping PKH mengatar surat undangan pengambilan bantuan sosial tunai (BST) dari Kementerian Sosial RI. Air matanya juga mulai tumpah ketika mengetahui dirinya bakal mendapat bantuan berupa uang tunai dari pemerintah.

”Terima kasih saya mendapat batuan dari bapak pejabat. Saya selama 15 tahun sejak orang tua meninggal menderita sendirian. Saudara saya juga tidak mampu. Saya terpaksa memungut barang bekas untuk makan sehari-hari. Saya bersyukur dapat bantuan,” katanya dengan suara bergetar.

Janda yang tinggal sebatang kara ini, mengaku terpaksa berkeliling memungut botol plastik di jalanan untuk bertahan hidup. Berangkat sekitar pukul 07.00 hingga 14.00, dirinya hanya mendapatkan satu karung botol plastik bekas minuman. Tak jarang, dirinya juga harus pulang dengan tangan hampa.

Sakarung botol bekas, biasanya dihargai pengepul Rp 2 ribu. Meskipun demikian, dirinya tetap bersyukur masih bisa bertahan hidup. Uang yang didapat diakuinya memang tak bisa membuatnya hidup seperti orang normal pada umumnya. Untuk kebutuhan makan sehari-hari, dirinya sering mendapat uluran tangan dari tetangga sekitar.

”Sehari kadang dapat sekarung, tapi juga pernah pulang mlompong (tanpa hasil). Saya juga pernah sangat lapar dan haus, karena tak bawa bekal,” katanya.

Di rumah peninggalan orang tuanya, Tamini hidup dengan keadaan yang serba terbatas. Rumah yang hanya berlantai tanah itu, tak ada perabotan selain tempat tidur dan perlengkapan dapur. Penenarangan pun minim. Hanya dua bola lampu 5 watt.

”Listrik terus terang saya minta tetangga depan rumah. Karena saya tak bisa bayar, jadi terus terang saya nembung minta,” ujarnya.

Ruang depan rumahnya, terdapat dipan dengan kasur yang lusuh. Di sampingnya terdapat tampah yang berisi cabai merah yang sudah mengering dan jagung yang telah dipisahkan dari bonggolnya. Tamini juga memperlihatkan kondisi dapurnya yang sama sekli tak ada bahan makanan.

”Kemarin saya minta jagung sama tetangga. Mau saya buat marning (olahan camilan berbahan jagung). Mau Lebaran, biar ada suguhan kalau ada tamu,” ungkapnya.

Kabar gembira terkait bantuan dari pemerintah yang bakal diterimanya Senin (18/5) baru diterima kemarin siang. Dirinya pun berharap Lebaran tahun ini bisa memiliki baju baru. Meskipun dirinya bakal menyimpan uang tersebut untuk kebutuhan berobat.

Tamini sendiri, divonis dokter menderita penyakit paru-paru. Namun selama bertahun-tahun dirinya tak lagi bisa periksa ke dokter. Ketika dirinya mulai merasa sesak, dia hanya minum obat dari apotek.

”Saya dulu pernah opname. Kata dokter saya punya penyakit paru-paru. Tapi, karena saya tak punya uang untuk berobat, jadi bungkus obat yang dulu saya simpan. Kalau pas sakit saya beli di apotek dengan membawa bungkus obat itu,” imbuhnya.

Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Desa Lau Winno Ardhana mengatakan, beberapa waktu lalu, pihaknya mendapat informasi dari pemuda tarang taruna Desa Lau. Dalam aksi sosialnya menggalang bantuan untuk disalurkan kepada warga kurang mampu yang belum ter-cover bantuan.

Sebagai pendamping PKH, pihaknya mengaku hanya memfasilitasi Tamini untuk mendapat bantuan dari Kemensos lewat program BST. Sebab, saat dicek, data Tamini tak masuk dalam data penerima PKH. ”Tapi saya kira sudah masuk data base BST. Untuk itu, bisa mendapat bantuan BST ini. Karena Kemensos memberikan bnatuan berdasarkan data itu,” katanya.

Tamini belum masuk calon penerima PKH karena tak memiliki kompenen yang harus dipenuhi. ”Alhamdulilah, sekarang sudah bisa ter-cover BST. Semoga dapat digunakan dengan sebaik-baiknya,” harapnya.

(ks/daf/lin/top/JPR/JPC)

  • Bagikan