Ganjar Sambut Baik Rencana Mantan ISIS Bantu Deradikalisasi

  • Bagikan
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menerima kunjungan seorang mantan anggota ISIS, Febri Ramdani. (Humas Pemprov Jateng/Antara)

SEMARANG, RAKYATJATENG – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menyambut baik rencana seorang mantan anggota ISIS yang ingin membantu program deradikalisasi Pemerintah Provinsi Jateng.

”Nanti saya undang untuk berkeliling ke sekolah-sekolah mengedukasi masyarakat, khususnya anak muda tentang bahaya radikalisme,” kata Ganjar seperti dilansir dari Antara usai menerima kunjungan mantan anggota ISIS Febri Ramdani dan dua mantan narapidana terorisme Nur alias Hariyanto dan Badawi Rahman alias Yusril pada Senin (9/3).

Menurut Ganjar, cerita dan pengalaman orang-orang yang pernah terlibat gerakan radikal sangat penting. Sebab, hal itu dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk mencegah masyarakat terjerumus dalam gerakan itu.

”Saya butuh banyak cerita dan pengalaman dari orang-orang yang pernah terlibat. Dari cerita dan pengalaman itu, saya bisa mengerti metode yang mereka gunakan, cara mempengaruhi hingga apa yang harus dilakukan untuk menangkal,” ujar Ganjar.

Selama ini, Ganjar selalu menggandeng para kombatan yang pernah terlibat gerakan radikal untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Dengan begitu, masyarakat dapat paham bahwa apa yang dilakukan itu ternyata salah.

”Saya memang ingin teman-teman ini membantu kami dalam upaya deradikalisasi. Sampaikan kepada masyarakat bahwa apa yang pernah dilakukan itu salah. Masyarakat diberikan warning bagaimana paham-paham ini masuk dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ganjar.

Kepada Ganjar, Febri menceritakan kisahnya ditulis dalam buku berjudul 300 Hari di Bumi Syam: Perjalanan Seorang Mantan Pengikut ISIS. Febri berangkat ke Suriah menyusul keluarga besarnya yang terpengaruh propaganda ISIS. Dengan menjual seluruh aset, keluarga besarnya berangkat ke Suriah bergabung dengan ISIS.

Di Suriah, Febri menyaksikan kengerian yang terjadi akibat perang saudara. Semuanya berbeda dengan apa yang dipikirkan sebelumnya. ”Saya lihat negara itu hancur. Suara bom bisa terdengar ratusan kali sehari. Saya juga pernah ditangkap dan ditahan selama satu bulan oleh salah satu faksi di sana,” ujar Febri.

Febri mengaku melihat kondisi Suriah yang ternyata jauh dari propaganda ISIS. Mereka memberikan janji bahwa semua yang mau hijrah ke daerah itu akan mendapat fasilitas termasuk gaji, tunjangan, dan lainnya. Namun, faktanya itu tidak ada sama sekali.

”Kondisi ini membuat saya sadar. Langkah saya salah. Saya catat semua pengalaman dalam buku ini agar saya bisa sharing pengalaman dan mengedukasi kepada masyarakat, bahwa propaganda ISIS itu semuanya tidak benar,” ucap Febri. (JPC)

  • Bagikan