Tanah Retak, Delapan Rumah Rusak, 215 Jiwa Mengungsi

  • Bagikan
Warga menunjukkan rekahan tanah di Dusun Kranjang Lor, Desa Sidosari, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang (Agus Hadianto)

MAGELANG, RAKYATJATENG – Hujan yang turun sejak beberapa hari yang lalu di Dusun Kranjang Lor, Desa Sidosari, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menyebabkan pergerakan tanah. Sebanyak 215 jiwa mengungsi, delapan rumah rusak, dan puluhan rumah terancam.

Beberapa rumah yang rusak terlihat temboknya retak-retak. Bahkan ada beberapa rumah yang lantainya membentuk rekahan. Selain itu, kondisi yang cukup berbahaya ada di Dusun Kranjang Lor RT 4/RW 2 Desa Sidosari.

Rekahan tanah terlihat jelas di wilayah ini, yang terletak di atas bukit. Ada rumah warga yang patah temboknya, dan bagian dapur turun ke bawah. Di bagian bawah lokasi ini, longsoran menutup akses jalan menuju wilayah RT 5 RW 2.

Salah satu warga, Suroto, 65, warga RT 4 RW 2 Dusun Kranjang Lor, Desa Sidosari, Kecamatan Salaman menuturkan, retakan tanah, muncul pada Kamis dini hari pukul 03.00 WIB.

“Dini hari terdengar suara kreeek cukup keras. Ternyata ada retakan tanah. Kemudian itu longsor terjadi pukul 05.30. Tanah nutupi jalan di bawah,” katanya.

Suroto mengaku hujan yang turun beberapa hari lalu membuat tanah di sekitar rumahnya bergerak. Bahkan, retakan tanah tersebut membuat sejumlah rumah tetangganya menjadi retak-retak pada temboknya.

“Semua mengungsi mas. Saya juga mengungsi karena takut longsor. Kami khawatir hujan turun, nanti tambah longsor,” ucapnya.

Warga lainnya, Khamid Abdullah, 60, warga RT 5 RW 2, mengatakan retakan sudah berlangsung sejak minggu lalu. Namun, retakan menjadi semakin lebar akibat hujan yang terjadi pada Rabu-Kamis lalu.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edi Susanto mengatakan pihaknya sedang membahas dan mengonfirmasikan bencana ini.

“Kajian kedaruratannya, sedang kami komunikasikan, karena terutama yang logistik. Faktanya mereka sudah mengungsi. Tapi ketentuan di peraturan, itu kalau belum ada bencana, kita tidak boleh mengeluarkan dana darurat,” ujarnya.

Edi memastikan bahwa rekahan tanah memang benar terjadi dan menyebabkan warga takut sehingga mengungsi. Kejadian inilah, kata Edi, sedang dilakukan kajian oleh PVMBG dari Bandung.

“Warga mengungsi sudah betul, karena tidak aman. Untuk pergerakan tanah, yang kasat mata, jadi retakannya selebar itu sampai lima cm, memanjang, karena hujan. Ada air. Misal ada getaran saja, itu sangat bahaya, karena tidak adanya ikatan tanah dan air,” bebernya. Edi menyebutkan, ada 57 KK yang mengungsi atau 215 jiwa, dengan rumah yang rusak sebanyak delapan rumah (had/lis/bas/JPC)

  • Bagikan