Jangan Istilahkan “Iwak” pada Makanan Bukan Ikan

  • Bagikan

MAGELANG, RAKYATJATENG – Per Oktober 2019, konsumsi ikan di tingkat nasional sudah mencapai angka 50,54 kg/per kapita/per tahun. Sayangnya angka itu tidak sebanding konsumsi ikan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.

“Target nasional pada 2019 sebenarnya 54 kg/per kapita/per tahun. Setelah kita cek, yang relatif rendah konsumsi ikannya di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah, sebesar 33,48 kg/per kapita/per tahun,” beber Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Pembukaan Hari Ikan Nasional, di Lapangan Drh Soepardi Kabupaten Magelang, Minggu (1/12/2019).

Konsumsi ikan yang rendah di Jateng, sambungnya, kemudian dibahas dengan stakeholder terkait. Pihaknya mendapati rendahnya konsumsi ikan dipengaruhi faktor budaya. Seperti penyebutan lauk yang sebenarnya bukan ikan. Di samping itu, ikan belum menjadi lauk untuk keseharian.

“Kita harus melakukan transformasi budaya keseharian. Kalau sejak kecil mulai enam bulan sudah dibiasakan konsumsi ikan rutin, pasti besarnya sudah terbiasa,” kata dia.

Sementara itu, upaya yang bisa diintervensi pemerintah untuk membiasakan makan ikan, katanya, dapat melalui makan ikan bersama di sekolah-sekolah setiap satu kali dalam sebulan. Pihaknya pun meminta pemerintah kabupaten/ kota menginformasikan titik-titik yang membutuhkan penetrasi program Gemar Makan Ikan.

“Gizi ikan kita sudah tahu, meningkatkan kesehatan, kecerdasan, mengandung protein dan omega tiga, plus lemak yang tidak jahat dibandingkan daging. Harganya juga terjangkau,” jelasnya.

Kandungan gizi yang baik ini, menurut Agus akan membantu mengurangi stunting yang saat ini di tingkat nasional berada di posisi 30.8 persen. Menurut Kementerian Kesehatan, stunting menimbulkan kerugian ekonomi negara satu sampai tiga persen dari PDB.

Penjabat Sekda Provinsi Jawa Tengah Herru Setiadhie sepakat, budaya mengistilahkan lauk bukan ikan dengan “iwak” membentuk persepsi sudah makan ikan. Maka, dia mengajak masyarakat untuk memedomani peraturan pemerintah yang mengatur penggunaan bahasa yang baik dan benar.

“Acara ini penting karena kampanye gerakan makan ikan adalah salah satu upaya untuk mencegah stunting. Reasoning tersebut berdasarkan hasil riset kesehatan dasar yang mengatakan bahwa stunting di Indonesia masih 30,8 persen,” jelasnya.

Dalam Peringatan Hari Ikan Nasional Tingkat Provinsi Jawa Tengah ini, Herru berharap semua stakeholder di bidang perikanan dan kelautan, termasuk kesehatan, bisa saling memperkuat kerja sama. Di samping itu, membangun koordinasi fungsional antara pemerintah dan masyarakat.

“Izin nanti melaporkan dengan Bu Peni (Asisten Ekbang) juga ke Pak Gub, Dinas Kesehatan dan Perikanan, khusus SK0-nya ditambah dua poin. Kalau bisa mendongkrak konsumsi ikan, pasti akan menurunkan stunting. Sehingga ada tolak ukur seperti pembangunan infrastruktur,” tutupnya.

  • Bagikan