Yuk Kunjungi SAE 2019 di Temanggung, Ada Traktor Remote sampai Salmon Jawa

  • Bagikan
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melihat pengoperasian traktor dengan menggunakan remote control. (hms)

TEMANGGUNG. RAKYATJATENG – Membajak sawah menggunakan kerbau, itu sudah mulai jarang digunakan. Beberapa petani sudah beralih menggunakan traktor. Tapi bagaimana jika traktor tersebut dioperasikan dengan remote control?

Hal itu bisa dilihat di Soropadan Agro Expo (SAE) 2019, yang diselenggarakan di PPAP Soropadan, Pringsurat, Temanggung, 4-8 Juli 2019. Tanpa harus berlumuran lumpur, petani bisa membajak sawahnya dengan cepat.

Memang, dalam SAE tersebut, beragam inovasi bidang pertanian ditampilkan. Tak hanya alat mesin pertanian (alsintan) tapi juga inovasi pembuatan pupuk, pengolahan kotoran ternak, drone pestisida ramah lingkungan, bioraktor kapal selam, dan sebagainya.

Beragam produk agro unggulan dari seluruh Jawa Tengah bisa diperoleh di tempat itu. Aneka produk perikanan, baik segar maupun olahan juga tersedia. Salah satu yang menarik perhatian pengunjung, adalah ikan dewa yang berasal dari kaki Gunung Slamet.

Kepala Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Setda Provinsi Jawa Tengah Dadang Somantri menjelaskan, ikan dewa biasa disebut salmon Jawa karena kandungan gizinya tak kalah dari ikan yang banyak dijumpai di Samudera Atlantik dan Pasifik. Kandungan albumin ikan tersebut tinggi dan bagus untuk mereka yang menjalani pemulihan kesehatan.

“Dulu ikan salmon Jawa ini dikeramatkan karena hanya boleh dimakan oleh raja-raja. Harganya masih terhitung mahal, Rp800.000 per kilogram. Penasaran? Datang saja ke sini,” bebernya, yang dijumpai di sela-sela Pembukaan SAE, Kamis (4/7).

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono KS menyampaikan, mengusung tema “Korporasi Petani dan Integrasi Teknologi Informasi Menuju Petani Semakin Sejahtera”, pada tahun ini lebih dikenalkan teknologi pertanian yang memberikan kemudahan bagi petani dalam berusaha. Termasuk, mendorong penjualan komoditas pertanian secara online untuk memutus mata rantai pemasaran, sehingga petani akan mendapatkan harga yang lebih baik, serta membangun jaringan pemasaran komoditas pertanian melalui kegiatan business matching.

“Kami juga me-launching aplikasi Agro Jowo, yang diikuti pelatihan marketing online gratis oleh mentor terbaik dari salah satu marketplace. Peserta pameran dan start up bisa mengikuti pelatihan itu agar bisa merebut pasar lokal dan global,” terangnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan, produk agro dari Jawa Tengah tak kalah dengan daerah lain. Beberapa produk pertanian dan perkebunan bahkan sudah menembus pasar ekspor.

“Produk agrobisnis Jateng jos gandhos. Daun sirsak kering pun laku diekspor. Belum lagi jahe, edamame. Kekuatan hari ini yang luar biasa adalah kopi. Agro expo ini bisa menjadi branch mark. Nyontho yang paling apik,” ujar mantan anggota DPR RI ini.

Dia terus mendorong adanya big data bidang pertanian. Sehingga produk pertanian bisa dikelola dengan baik. Rantai penjualan yang panjang bisa dipangkas, sehingga tak ada lagi produk yang mahal di pasaran tapi hasilnya tidak bisa dinikmati petani.

“SAE ini jadi meeting point. Ayo ke sini, duduk bareng, ketemu potensi, sharing, jual beli, setelah itu ayo petaninya dikancani. Middle man dipotong, kalau masih dua (lapis) sih nggak apa-apa. Tapi sekarang ini kan sampai delapan (lapis). Sehingga harga makin baik. Semoga petani Jateng tambah makmur,” harap Ganjar.

Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian RI Suwandi mengapresiasi upaya Jateng untuk terus meningkatkan produksi pangan, termasuk mendorong ekspor. Dia memberikan jurus paten untuk meningkatkan potensi agro Jateng. Yang utama, konsumsi pangan lokal.

“Beli makanan dari petani kita, cintai produk dalam negeri. Jangan beli dari petani tetangga. Kopi Jawa Tengah jangan hanya hebat, tapi kita buat agar stamina kuat,” terangnya.

Selain itu, gunakan teknologi informasi untuk mendorong petani yang sejahtera. Suwandi mengapresiasi peluncuran aplikasi Agro Jowo. Ada aplikasi online yang menjadi penghubung agar eksportir tak bingung mencari petani, atau sebaliknya petani pun tak lagi kesulitan mencari eksportir. Kementerian Pertanian juga sudah melakukan hal yang sama dengan me-link-kan 22 start up pertanian.

Diakui, dulu turunnya harga komoditas serta mahalnya pestisida seringkali dikeluhkan petani. Namun, semua itu mesti diatasi dengan sejumlah jurus jitu.

“Harga naik bukan penyebab, harga naik adalah akibat. Jangan permasalahkan akibat, tapi tolong dicari penyebabnya. Faktor pembentuk harga penting untuk menyelesaikan secara sustainable,” kata Suwandi.

Dia memberikan jurus lain yang jitu untuk menekan harga produksi. Antara lain efisiensi input (biaya), misalnya membuat pupuk sendiri, memilih dan membuat pestisida organik. Petani juga diharapkan menggunakan ilmu sapu lidi, di mana dengan bersatu, seperti membentuk koperasi, badan usaha, PT atau CV, akan menjadi lembaga yang kuat. Selain itu hilirisasi industri skala rumah, baik kecil, atau bermitra dengan yang besar, serta menggelar pasar lelang.

“Mari wujudkan korporasi petani. Koperasi-koperasi dikorporasi agar naik kelas. Tentunya dibutuhkan manajemen yang professional,” tandasnya.

Sejumlah duta besar dan perwakilan negara tetangga yang hadir, seperti dari Armenia, Maroko, Chili, Mesir, Nigeria, Bosnia Harzegovina, Fiji, Belarus, Papua New Guinea, Myanmar, Kroasia, Malaysia, dan Tiongkok, tampak menikmati betul kegiatan di SAE. Mereka ikut memanen buah melon, mencicipi sup ikan dewa dan beragam makanan lainnya. Duta besar Nigeria, Ahmed Amr Ahmed Moawad menyampaikan, kegiatan tersebut luar biasa. Pertaniannya maju dengan beragam varietas tanaman. Makanannya juga enak. (hms/yon)

  • Bagikan