Jateng Ekspor Perdana Edamame ke Belanda Gunakan Sertifikat Elektronik

  • Bagikan
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang diwakili Kepala Barantan, Ali Jamil bersama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melepas ekspor perdana Edamame ke Belanda melalui e-Cert, di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, Rabu (3/7). (hms)

SEMARANG, RAKYATJATENG – Kementerian Pertanian (Kementan) RI melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) mengambil langkah cepat untuk mendorong ekspor dengan penggunaan sertifikat elektronik (e-Cert). Kali ini, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang diwakili Kepala Barantan, Ali Jamil bersama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melepas ekspor perdana Edamame ke Belanda melalui e-Cert, di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, Rabu (3/7).

Hadir Inspektur Jenderal Kementan, Justan Riduan Siahaan, Direktur Kepabeanan, Fadjar Dhonny, Sekretaris BKIPM, Septiama dan para pelaku usaha.

Ali Jamil menjelaskan Edamame yang diekspor perdana ini diproduksi oleh petani di Wonosobo, Temanggung dan Magelang, dengan volume 40 ton dari total permintaan 480 ton, senilai Rp13,2 milyar. Sebelumnya, Edamame asal Provinsi Jawa Tengah ini telah diekspor ke negara Jepang, Lebanon, Amerika Serikat, India dan Singapore. Kini mendapat pasar baru ke Belanda.

“Sejak diberlakukan tahun 2015, penggunaan e-Cert baru dilakukan ke tiga negara, yakni New Zealand, Australia dan Belanda dan tanggal 1 Juli 2019 kemarin ditambah dengan Vietnam yang bisa diterapkan di wilayah ASEAN,” kata Ali Jamil saat melepas ekspor perdana kedelai sayur (Edamame) ke Eropa melalui Pelabuhan Rotterdam Belanda.

Dia menegaskan selain melalui penggunaan e-Cert, akselerasi ekspor juga dilakukan dengan penggunaan aplikasi peta komoditas ekspor produk pertanian i-MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Export). Pemerintah daerah diarahkan untuk menggunakan aplikasi ini agar dapat memetakan sentra dan jenis komoditas unggulan dan negara tujuan ekspor.

“Ini tentunya sesuai dengan instruksi Pak Presiden Jokowi kepada para menteri kabinetnya, termasuk Bapak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk mendorong atau akselerasi ekspor komoditas pertanian,” tegas Ali.

Dikatakan, dalam kurun waktu 4,5 tahun terakhir, sektor pertanian Indonesia mengalami perkembangan pesat. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah ekspor komoditas pertanian dari tahun-tahun sebelumnya. Contohnya, nilai ekspor pertanian jauh meningkat dari 2013 lalu yang berada pada angka 33 juta ton.

“Nilai ekspor pertanian kita saat ini meningkat jadi 43 juta ton. Naik sekitar 10 juta ton dari sebelumnya,” paparnya.

Selain itu, lanjut Ali, angka inflasi di sektor pertanian juga mengalami penurunan drastis, yakni dari sekitar 10-an persen menjadi satu persen lebih. Capaian itu menjadi angka inflasi terendah sepanjang sejarah. Barantan, Kementan hingga kini telah membangun kerja sama pertukaran sertifikat elektronik dengan negara-negara mitra dagang. Penggunaan itu dimaksudkan untuk komunikasi langsung antarotoritas sebelum kedatangan komoditi.

“Selain itu, untuk mengurangi penolakan komoditas dari negara mitra, mencegah pemalsuan dokumen, dan mempercepat proses quarantine clearance,” ujarnya.

Ali menambahkan seiring dengan perkembangan zaman, saat ini Kementan terus tingkatkan penggunaan teknologi informasi. Sebagai fasilitator perdagangan komoditas pertanian di pasar dunia, penggunaan e-Cert perlu diperluas untuk menembus pasar.

“Aspek quaranty and traceability dari setiap sertifikat elektronik yang diterbitan karantina lebih cepat, murah, sehingga produk kita dapat memiliki daya saing di pasar dunia. Segera akan perluas penggunaan e-Cert kesemua negara mitra dagang kita,” tandasnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi langkah akselerasi ekspor yang dilakukan Kementan. Selain itu, aplikasi i-MACE yang dimiliki Kementan merupakan teknologi yang tepat untuk menyampaikan kepada masyarakat terkait potensi pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia termasuk di Jawa Tengah.

“Saya sepakat dengan Kementerian Pertanian. Soal pertanian, soal pangan kitalah yang harus menjadi juara dunianya. Maka kalau neraca perdagangan sudah kita bicarakan dan teknologi sudah disiapkan, tinggal produktivitas yang didorong, kapasitas yang disiapkan dan kontinyuitasnya juga dijaga,” ujarnya.

Ganjar menilai ekspor saat ini merupakan bagian dari tendangan-tendangan yang ditunjukan kepada dunia, Indonesia memiliki produk pertanian berkualitas yang memenuhi standar pasar dunia. Indonesia memiliki komoditas edamame, jahe, kopi, gula, jagung, beras, sayuran dan komoditas bunga yang bisa bersaing di pasar ekspor.

“Bahkan semua komoditas kita semua ada. Industri hilirnya pun kita ada. Jadi yang perlu kita dorong adalah aspek hulunya kita bina, tengahnya kita ajarin berjualan. Tadi kita sudah pakai sertifikat elektronik, jadi bisa secara real time berkomunikasi dengan negara tujuan ekspor,” terangnya.

Artinya apa? Sektor agroindustri kita bisa bersaing. Ini sesuai dengan harapan Presiden, untuk menggenjot ekspor.

Pada kesempatan tersebut, selain edamame, juga dilakukan ekspor komoditas lain dengan total nilai Rp255,4 miliar, terdiri dari kelompok hortikultura berupa melati, daun cincau, daun pakis, sayuran beku sebanyak 202,3 ton. Kelompok tanaman pangan berupa kacang tanah, olahan ubi kayu, terigu dan ubi jalar berjumlah 178,5 ton. Sementara kelompok perkebunan berupa kopi, gula merah, sapu lidi, teh dan vanili sejumlah 723, 3 ton . Kelompok produk peternakan berupa sarang burung walet dengan jumlah 1,4 ton.

Sementara komoditas kehutanan dan perikanan asal Provinsi Jawa Tengah yang juga disertifikasi oleh Kementan melalui Karantina Pertanian Semarang, sesuai dengan persyaratan negara tujuan ekspor adalah kelompok kehutanan berupa kayu senilai Rp173,7 miliar, dan kelompok perikanan berupa rumput laut senilai Rp0,569 miliar. (hms/yon)

  • Bagikan