Harga Daging Ayam Anjlok, Peternak Merugi

  • Bagikan

PEKALONGAN, RAKYATJATENG – Peternak lokal mandiri yang tidak menjalin kemitraan dengan perusahaan besar paling terpengaruh dengan anjloknya harga daging ayam ras (broiler) di tingkat peternak. Pasalnya, untuk peternak kemitraan harganya di tingkat peternak masih stabil di angka Rp 19 ribu hingga Rp 20 ribu perkilo.

“Yang sangat terpengaruh oleh anjloknya harga adalah para petani ternak mandiri. Di Kabupaten Pekalongan pada umumnya atau sebagian besar adalah peternak kemitraan, sehingga harganya di tingkat petani relatif stabil karena harga kontraktual. Harga ayam hidup di tingkat petani ternak kemitraan masih tetap berkisar antara Rp 19.000 – Rp 20.000 per kilonya,” terang Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pekalongan, Siswanto, dikonfirmasi Selasa (25/6).

Meskipun harga daging ayam bagi peternak kemitraan sesuai dengan kontrak Rp 18.500 perkilo, namun dengan rendahnya harga ayam ras di kisaran Rp 8.000 – Rp 10.000 perkilo membuat pihak mitra menunda masa panen ayamnya. Akibatnya, peternak kemitraan pun kelimpungan akibat diundurnya masa panen ayam dari kondisi normal 33 hari-36 hari menjadi 58 hari, biaya pakan dan operasional kandang kian membengkak. Selain itu, dengan diundurnya usia panen ayam, tingkat kematian ayam juga semakin tinggi.

Salah satu peternak ayam di Kabupaten Pekalongan Waluyo Jati (38), mengatakan, dengan rendahnya harga daging ayam broiler di tingkat peternak, mitra usaha peternak lokal mengundurkan masa panen ayamnya. Pada kondisi normal, kata dia, ayam pedaging bisa dipanen pada usia 33 hari-36 hari. Namun, dengan anjloknya harga ayam panen ayam mundur hingga di usia 58 hari. Akibatnya, biaya pakan dan operasional kandang meningkat.

Disebutkan, ada dua sistem usaha peternakan ayam di Kabupaten Pekalongan, yakni pola kemitraan dan mandiri. Ia sendiri mengaku menerapkan pola kemitraan.

Diterangkan, dengan pola kemitraan biaya bibit ayam, pakan, dan obat disediakan oleh mitra, namun peternak nanti menggantinya dengan daging ayam saat panen. Harga daging ayam peternak dengan mitra sesuai kontrak kerja Rp 18.500 perkilonya.

Digambarkan, untuk populasi ayam sekitar 4 ribu ekor peternak menghabiskan pakan sebanyak 13,5 ton. Harga pakan pertonnya Rp 8,5 juta. Biaya bibit ayam, terang dia, Rp 7.500 perekor, dan biaya obat Rp 400 perekor. Total biaya bibit, pakan, dan obat, lanjut dia, ditanggung oleh pihak mitra bagi peternak yang menjalin kemitraan.

“Total biaya bibit, pakan, dan obat dibebankan kepada peternak untuk dibayarkan ke kemitraan tapi bayarnya berupa daging ayam. Jika harga daging Rp 18.500 perkilonya dengan pihak mitra, saya harus menyetorkan ke sana (mitra) sekitar 7 ton daging ayam sekali panen. Biar saya mendapatkan hasil, bobot ternak ayam saya harus di atas 7 ton, paling tidak 7,5 ton. Setengah ton ini lah kemitraan akan membayar ke peternak sebagai pendapatan peternak. Padahal peternak harus membayar biaya karyawan, listrik, sekam atau operasional di kandang. Sisa dari itu lah keuntungan peternak,” terang dia.

Dengan anjloknya harga ayam, lanjut dia, pihak mitra menahan untuk tidak memanen ayam di usia normal panen, yakni 33 hari-36 hari. Namun panen diundur hingga di usia 58 hari. Pasalnya, jika pihak mitra menjual sesuai harga di tingkat pedagang besar sekitar Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu perkilonya, maka pihak mitra akan mengalami kerugian besar.

“Daripada menjual dengan harga rendah itu lah pihak mitra mundur masa panennya dengan harapan harga ayam akan mengalami kenaikan. Namun kami sebagai peternak kelimpungan karena biaya pakan dan operasional di kandang meningkat, jadi peternak yang tetap dirugikan dengan kondisi rendahnya harga ayam ini,” katanya.

Di sisi lain, kata dia, jika usia panen ayam diundur maka tingkat kematian ayam akan lebih tinggi. Ini bisa mengakibatkan tingkat kerugian peternak lebih besar. Untuk periode panen normal, tingkat kematian standar di bawah lima ekor perharinya.

Namun, dengan diundurnya usia panen maka peluang ayam mati akan lebih besar karena tingkat kepadatan kandang akan lebih tinggi akibat bobot ayam meningkat, kondisi panas kandang meningkat, dan faktor lainnya. (ap5/RP)

  • Bagikan