Lemak Yunita Numpuk, Bikin Tensimeter Tak Berfungsi

  • Bagikan
MAKIN GEMUK: Perawat memeriksa Yunita di RSUD Sidoarjo kemarin (15/6). (Dimas Maulana/Jawa Pos)

SURABAYA, RAKYATJATENG – Setelah mendapatkan surat rujukan dari Rumah Sakit HM. Mawardi (Yapalis), Krian, Yunita Maulidia menjalani pemeriksaan di RSUD Sidoarjo kemarin (15/6). Gadis obesitas itu diperiksa dr Ahmad Fariz Nurdiansyah SpPD di ruang poli penyakit dalam.

Hasil sementara, dr Fariz curiga Yunita mengalami kelainan sindrom metabolik. Yakni, berat badan berlebihan. ”Tingkat obesitasnya bisa masuk grade 2-3,” kata dokter penyakit dalam itu.

Berdasar riwayat kesehatan sebelumnya, Fariz menyebutkan tinggi perempuan 19 tahun itu sekitar 150 cm. Berat badannya 125 kilogram. Dengan postur itu, Yunita tampak bertubuh superbesar. Banyak timbunan lemak di seluruh badan. Akibatnya, Yunita merasakan lelah begitu cepat. Jalan sedikit saja, Yunita ngos-ngosan. ”Bisa berpengaruh pada jantung,” tuturnya.

Saat hendak menuju ruang pemeriksaan di lantai 2, baru menaiki dua anak tangga, napas Yunita sudah terengah-engah. Setelah berjalan beberapa langkah, wajahnya berkeringat.

Seketika perawat memeriksa tensi Yunita. Namun, tensimeter tidak mampu membaca tekanan darah Yunita ”Timbunan lemaknya sudah banyak. Jadi susah dibaca,” terang Fariz.

Fariz menjelaskan, kelebihan lemak bisa meningkatkan kolesterol dan gula darah. Keduanya berdampak buruk pada pembuluh darah.

Aliran darah bisa tersumbat saat menuju jantung. ”Karena itu dimungkinkan dia cepat merasakan lelah,” ucapnya.

Adapun penyebab terjadinya obesitas, menurut dia, pola makan pasien memang terlalu berlebihan. Setelah dimintai keterangan, pengidap obesitas itu masih sering mengonsumsi makanan dengan kandungan gula berlebih. Misalnya, kue dan roti. ”Nah, ini juga bisa berpotensi memicu diabetes. Nafsu makannya bisa tinggi,” lanjutnya.

Fariz menyampaikan bahwa mengatur pola makan yang baik adalah solusi terbaik. Dia menyarankan Yunita untuk memperbanyak mengonsumsi makanan yang berserat. Bukan berkarbohidrat.

Namun, untuk memastikan cara pola makan, Yunita harus menjalani uji laboratorium. Yakni, pengambilan sampel darah untuk dianalisis.Selama pemeriksaan, sang ibu Umiatun mendampingi Yunita.

Umi mengatakan bahwa kondisi anak pertamanya itu memburuk mulai Mei lalu. Setiap kali berjalan, dia lebih banyak duduk untuk beristirahat. Bahkan, pada Lebaran ini, dia tidak ikut jalan-jalan. ”Biasanya mau. Sekarang di rumah saja,” ujarnya.

Umi mengungkapkan, selama bulan puasa lalu, dirinya sering kecolongan mengawasi Yunita. Warga Desa Grinting, Tulangan, itu mendapati putrinya sering membeli es.

(JPC)

  • Bagikan