Ghost Writer: Gado-gado Horor, Komedi, dan Drama

  • Bagikan
Deva Mahenra, Tatjana Saphira, dan Ge Pamungkas sang pemain film Ghost Writer. (Starvision Plus for Jawa Pos)
JAKARTA, RAKYATJATENG – Ghost Writer menjadi film debut komika Bene Dion Rajagukguk sebagai sutradara dan penulis naskah. Bene Dion menempatkan multigenre di film tersebut dalam porsi yang tepat. Ibarat makanan, nasi dan lauknya seimbang. — ADA horor, komedi, dan drama. Setidaknya dua genre muncul di film-film lokal. Kalau enggak horor-komedi, ya drama-komedi. Namun, ketiganya mendapat porsi yang pas dan terpadukan dengan baik di sini. Ghost Writer sebenarnya adalah judul yang harfiah. Bisa dipahami sebagai cerita dari penulis yang membuat cerita hantu. Bisa juga berarti hantu yang menulis. Nah, arti yang kedua ini ketahuan ketika kita menonton filmnya. Secara singkat, Naya (Tatjana Saphira) yang seorang penulis terdorong untuk membuat novel horor yang terinspirasi dari kisah Galih (Ge Pamungkas), hantu penghuni rumah Naya. Penonton mungkin akan mengira film itu kuat di horor dan komedi. Sebab, banyak komedian yang menjadi pemainnya. Ada Ernest Prakasa, Muhadkly Acho, Arie Kriting, dan Ge Pamungkas. Namun, ternyata sutradara juga menghadirkan unsur drama di sana. Tatjana Saphira -yang baru kali pertama main film horor- lebih banyak menonjolkan sisi dramanya. Dia sebagai Naya berpolemik dengan dirinya sendiri antara pengin mendapat penghasilan secara cepat atau mendahulukan kepentingan orang lain. Konflik yang kerap dialami orang pada umumnya sehingga ceritanya terasa berhubungan. Yang cukup membuat kejutan justru Ge Pamungkas. Ternyata Ge juga bisa membawakan unsur drama dengan apik. Terutama di akhir film. Tidak sedikit penonton yang trenyuh dan berkaca-kaca di salah satu adegan penting di akhir film. Keberhasilan itu tidak terlepas dari lawan main yang juga punya karakter kuat, Asmara Abigail. Asmara yang juga berperan sebagai hantu malah lebih seram daripada Ge. Dialah yang paling banyak membuat suasana horor terbangun kuat. Sebelum menonton Ghost Writer, sebaiknya siapkan otot-otot wajah agar tidak kaget. Sebab, pembagian porsi tiga genre oleh Bene Dion sebagai sutradara dan penulis naskah enggak tahu ”aturan”. Tahu-tahu ada adegan melankolis, tetapi setelah itu muncul punch line yang bikin ketawa. ”Kami berusaha meramunya biar enak ditonton. Pas horor, kami mau buat orang takut. Pas komedi, kami mau bikin orang ketawa,” jelas Bene. Meski dramanya juga kuat supaya penonton familier, Bene masih menyebutnya sebagai horor komedi. (JPC)
  • Bagikan

Exit mobile version