Penjualan Otomotif Kembali Melaju Pascapemilu

  • Bagikan
Dua unit Daihatsu Grand New Xenia saat melintas dalam uji berkendara di kawasan Geopark Ciletuh Sukabumi, beberapa wakrtu lalu. (Dok. JPC)

JAKARTA, RAKYATJATENG – Penjualan ritel (retail sales) otomotif nasional hingga April 2019 tercatat kurang menggembirakan. Angkanya hanya 340.118 unit atau turun sekitar 11,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, whole sales berada di angka 337.321 unit atau turun sekitar 14,4 persen daripada periode yang sama tahun lalu.

“Tahun ini pemilu panas sekali. Banyak yang menunda pembelian, terutama customer fleet (perusahaan) yang masih wait and see. Hal itu berdampak cukup besar karena selama ini kontribusi fleet mencapai 12-16 persen,” ujar Marketing and CR Division Head PT Astra Internasional-Daihatsu Sales Operation (AI-DSO) Hendrayadi Lastiyoso kemarin (9/5).

Meskipun pasar otomotif nasional melorot tajam, penjualan ritel Daihatsu hanya turun 6,4 persen dan 5,2 persen untuk whole sales. “Penurunan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pasar sehingga secara pangsa pasar (market share) Daihatsu naik menjadi 17,8 persen untuk retail sales dan 19,8 persen untuk whole sales,” sebutnya.

Hendrayadi optimistis pasar kembali pulih setelah presiden terpilih ditetapkan. Selain itu, dia menilai momen Lebaran mampu mendongkrak penjualan Mei sebanyak 5-10 persen. Penjualan juga akan terkerek oleh perhelatan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS). ”Pascapemilu pasar akan kembali pulih,” tegasnya.

Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra menambahkan, turunnya penjualan juga dipengaruhi tiga faktor makroekonomi. Yang pertama soal bujet infrastruktur yang sudah habis untuk tahun ini. ”Bujet infrastruktur akan kembali ditentukan Oktober. Setelah itu, pembangunan akan jalan lagi,” terangnya.

Faktor kedua soal terjadinya over supplyminyak kelapa sawit atau crude palm oil(CPO) dunia. Permintaan dunia diketahui menurun, sedangkan suplai melimpah sehingga harga stagnan.

Faktor ketiga harga batubara dunia yang masih rendah sehingga ekspor Indonesia tidak meningkat. ”Tiga faktor itu berdampak pada penjualan kendaraan niaga seperti truk,” jelasnya.

(JPC)

  • Bagikan