Cabai Masih Tertinggi, Harga Sembako di Surabaya Belum Stabil

  • Bagikan

SURABAYA, RAKYATJATENG – Tidak banyak yang dikerjakan Halimatus kemarin pagi (6/5). Perempuan asal Bulak Banteng itu lebih banyak menganggur di lapaknya. Hanya sedikit pembeli yang mampir ke stan bawang merahnya. Maklum saja, pasar belum ramai. Sebab, orang-orang berpuasa. Kemarin merupakan Ramadan pertama.

Meski sepi, dia mengaku dagangannya tetap laku. Harga bawang merah berada di kisaran normal. “Yang kecil Rp 15 ribu per kilogram. Sedang Rp 18 ribu per kilogram. Agak besar Rp 19 ribu per kilogram. Besar Rp 20 ribu per kilogram,” ungkapnya.

Memang dua hari sebelum Ramadan, harga bawang merah naik cukup tinggi. Bawang merah ukuran kecil dipatok Rp 20 ribu per kilogram. Ukuran sedang Rp 25 ribu per kilogram. Ukuran agak besar Rp 28 ribu per kilogram serta ukuran besar Rp 32 ribu per kilogram. Dia mengatakan, hal itu terjadi karena masyarakat hendak memasuki bulan puasa. “Permintaan banyak. Tapi, stok terbatas,” ucap perempuan 32 tahun tersebut.

Dia mau tak mau mengerek harga. Tujuannya, menjaga stabilitas pasar dan keuntungan.

Apa yang dirasakan Halimatus juga dialami Siti Askia. Pedagang cabai itu mengaku sepi pembeli. Berbeda dengan Halimatus yang produknya relatif normal, Siti mengaku harga dagangannya memang melonjak. “Cabai rawit dan cabai merah sama-sama tinggi,” ungkapnya.

Harga cabai merah di tokonya dijual Rp 35 ribu per kilogram. Padahal, H-1 Ramadan harga cabai merah hanya Rp 28 ribu per kilogram. Cabai rawit dibanderol Rp 25 ribu per kilogram. “Sebelumnya hanya Rp 18 ribu,” ucap warga Ampel tersebut. Kenaikan itu terjadi karena stok barang yang menipis. Di sisi lain, harga telur juga masih naik. Dia membanderol telur dagangannya Rp 25 ribu per kilogram. Lebih mahal Rp 2 ribu daripada sebelum Ramadan.

Salah seorang petugas Pasar Pabean Sumanto mengatakan, bahan pokok yang harganya naik saat Ramadhan didominasi ayam, telur, dan cabai. “Khususnya cabai. Baik rawit maupun merah,” ungkapnya. Lima hari sebelumnya, harga cabai bahkan menembus Rp 40 ribu dari semula Rp 30 ribu. Kenaikan tersebut disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, faktor distribusi.

Beberapa truk terhambat di perjalanan karena yang diperbolehkan masuk ke dalam kota hanya pikap. Muatan pikap lebih sedikit. Akibatnya, proses antar jemput barang jadi lama. Cost yang dikeluarkan produsen lebih banyak. “Itulah yang membuat harga melonjak,” ungkapnya.

Terkait kenaikan beberapa bahan sembako, pihaknya mengaku tidak akan bertahan lama. Sebab, beberapa pemasok di luar Surabaya telah kembali beroperasi. Jumlah produk yang dihasilkan pun jauh lebih banyak. Meski begitu, pengawasan terhadap pedagang terus dilakukan. Tujuannya, menjaga situasi pasar kondusif.

(jar/c6/ano/jpc)

  • Bagikan