Dugderan Jelang Ramadhan, Walikota: Harus Saling Menghargai dan Menghormati

  • Bagikan

SEMARANG, RAKYATJATENG – Nuansa Ramadhan semakin kental terasa di Kota Semarang. Satu demi satu agenda khas Semarangan jelang Ramadhan mulai digelar di berbagai sudut Kota Semarang.

Setelah karnaval Dugderan yang diikuti ribuan pelajar TK, SD, SMP Jumat lalu, kali ini giliran gegap gempita Dugderan terlihat ramai memadati sepanjang Jalan Pemuda, Masjid Kauman hingga Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Sabtu (4/5).

Dalam tradisi Dugderan kali ini, Walikota Semarang Hendrar Prihadi bertindak selaku Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat.

Didampingi istri dan jajaran Forkopimda, pejabat Pemerintah kota Semarang, beserta tokoh agama dan tokoh masyarakat, Hendi bersama rombongan menaiki kereta kencana dari Balaikota Semarang menuju Masjid Kauman dan MAJT.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Dugderan selalu menyedot perhatian ribuan warga masyarakat. Melibatkan 16 kecamatan dan sejumlah organisasi masyarakat, rangkaian kereta kencana dan bendi, Dugderan kali ini terasa lebih meriah dan spesial dengan adanya konvoi Warak raksasa berukuran tinggi 6 meter dan partisipasi peserta yang terus meningkat.

Warak sendiri merupakan hewan mitologi yang menjadi ikon Kota Semarang yang melambangkan keberagaman budaya di Kota Semarang. Kirab dugderan juga semakin semarak dengan sajian drum band dari PIP, karnaval budaya dari NU, Ponpes Ashabul Kahfi, serta atraksi barongsai, KNPI, Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan sajian beberapa peserta pawai budaya seperti Politeknik Bumi Akpelni.

Dalam sambutannya, Walikota Semarang yang akrab disapa Hendi tersebut berharap tradisi Dugderan ini dapat menjadi budaya yang menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara untuk datang berkunjung ke Kota Semarang.

Penyelenggaraan Dugderan yang berdekatan dengan HUT Kota Semarang, menurutnya semakin mengikat kuat kebersamaan, guyub rukun.

“Prosesi Dugderan juga menjadi bukti nyata kedekatan pemerintah dan warga yang tak bersekat hingga toleransi tinggi dalam keberagaman Kota Semarang,” katanya

Melanjutkan prosesi dengan memukul bedug, Hendi kemudian ikut dalam rombongan kirab menaiki kereta kencana untuk berangkat ke Masjid Kauman Semarang dan MAJT

Setibanya di Masjid Kauman, Hendi menerima Suhuf Halaqoh dari para alim ulama di Kota Semarang dan selanjutnya membagikan kue khas Semarang yaitu Ganjel Rel dan air Khataman Al Quran. Pembagian kue dan air tersebut memiliki makna agar warga merelakan hal yang mengganjal, serta membersihkan diri dengan meminum air Khataman Al Quran sebelum memasuki bulan Ramadan.

Selepas mengikuti proses di Masjid Kauman Semarang, Hendi beserta rombongan bertolak ke MAJT untuk menyerahkan Suhuf Halaqoh kepada Gubernur Jawa Tengah yang bertindak selaku KRMT Probo hadikusumo. Rangkaian prosesi tersebut kemudian ditutup dengan diumumkannya awal Ramadan oleh Gubernur Jawa Tengah kepada warga masyarakat yang kemudian dilanjutkan dengan pemukulan bedug.

Dia menjelaskan, tradisi Dugderan merupakan agenda budaya tahunan yang selalu diikuti dan diuri-uri warga dan pemerintah Kota Semarang. “Dugderan, telah ada sejak bupati pertama Sunan Pandanaran yang pada waktu itu berembug dengan para ulama untuk kemudian memberitahukan kepada warga masyarakat awal Ramadan,” beber Hendi.

Dengan Dugderan ini, warga Kota Semarang khususnya diminta untuk bersih-bersih diri, melakukan persiapan fisik dan memperbanyak amalan positif yang akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.

Tahun ini, menurut Hendi, yang spesial adalah tingkat partisipasi dari masyarakat yang semakin banyak dan meningkat. Menyikapi keragaman yang menjadi ciri khas Kota Semarang, Hendi mengajak untuk sepakat bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan sesuatu yang melemahkan.

“Maka, di Bulan Ramadhan ini, harus saling menghargai dan menghormati sehingga lahir kekuatan yang semakin baik untuk membangun kota. Kita adalah satu warga bangsa Indonesia yang harus kompak untuk membangun Kota Semarang,” ungkapnya. (SEN)

  • Bagikan