Sri Lanka Tahan Warga Suriah Terkait Bom, Korban Tewas Bertambah jadi 321 Orang
KOLOMBO, RAKYATJATENG - Polisi Sri Lanka telah menahan satu warga Suriah di antara 40 orang yang diperiksa dalam penyelidikan serangan bom saat Paskah pada Minggu (21/4) di beberapa gereja dan hotel, kata pemerintah dan narasumber militer pada Selasa (23/4).
Sementara itu, jumlah korban tewas akibat serangan bom telah bertambah menjadi 321 orang.
Belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas serangkaian serangan itu, yang dikatakan sejumlah pejabat dilakukan oleh sedikitnya tujuh pengebom bunuh diri.
Ledakan yang terjadi di tiga gereja dan empat hotel itu juga melukai sekitar 500 orang.
Sumber-sumber intelijen Amerika Serikat mengatakan serangan tersebut menunjukkan tanda-tanda perbuatan kelompok garis keras ISIS.
Selasa dinyatakan sebagai hari berkabung nasional dan upacara pemakaman jenazah para korban digelar.
Sementara itu, pemerintah menghadapi peningkatan tekanan karena dianggap tidak menyikapi peringatan yang muncul bulan ini tentang kemungkinan bahwa suatu kelompok ekstremis Islam dalam negeri akan melancarkan serangan ke gereja-gereja.
Polisi mengatakan jumlah orang yang ditangkap sejak Minggu telah meningkat menjadi 40 orang, yang sebagian besar di antaranya adalah warga Sri Lanka. Pemeriksaan terhadap mereka kemudian mengarah pada penahanan warga Suriah tersebut, kata tiga narasumber pada pemerintah dan militer kepada Reuters.
"Dia ditangkap setelah pemeriksaan dilakukan terhadap para tersangka setempat, kata salah satu sumber tersebut menyangkut penahanan sang warga Suriah.
Enam ledakan pertama, yaitu di tiga gereja dan tiga hotel mewah, terjadi dalam waktu 20 menit pada Minggu pagi saat misa Paskah dan ketika hotel-hotel menyajikan sarapan.
Dua ledakan lagi muncul di sebuah hotel murah dan satu rumah di pinggiran Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo, pada Minggu siang.
Sebagian besar korban tewas dan luka-luka adalah warga Sri Lanka. Beberapa pejabat pemerintah mengatakan serangan bom itu juga menewaskan 38 warga negara asing, termasuk dari Inggris, Amerika Serikat, Australia, Turki, India, China, Denmark, Belanda dan Portugis.
Serangan bom itu menghancurkan ketenangan di Sri Lanka, negara yang berpenduduk mayoritas penganut Buddha, sejak perang saudara yang melibatkan separatis berakhir 10 tahun lalu. Serangan Minggu juga meningkatkan ketakutan bahwa kekerasan antarmasyarakat akan kembali muncul.
Sri Lanka memiliki penduduk sejumlah 22 juta orang, termasuk warga minoritas Kristen, Muslim dan Hindu.
Pemerintah pada Senin (22/4) tengah malam memberlakukan status darurat. Dengan ketentuan itu, polisi mendapat wewenang lebih luas untuk menangkap dan melakukan pemeriksaan terhadap para tersangka walaupun tidak ada perintah dari pengadilan.
Pemerintah juga memberlakukan jam malam sejak Minggu (21/4).
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin menelepon Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe untuk menegaskan dukungan AS dalam upaya agar para pelaku serangan diadili.
Surat kabar Washington Post mengutip seorang pejabat penegak hukum AS, yang mengatakan bahwa sejumlah personel Biro Penyelidikan Federal sedang dikirim ke Sri Lanka untuk membantu penyelidikan.
(ant)