Walikota Akui 58 Kelurahan di Semarang Miliki Potensi Rawan Bencana

SEMARANG, RAKYATJATENG – Setelah mendapatkan bantuan untuk membangun pembangkit listrik tenaga sampah dari Denmark, bantuan konverter bahan bakar gas untuk bus dari Jepang, bantuan supervisi pengendalian banjir dari Belanda, serta bantuan pengembangan wisata dari Tiongkok, kali ini datang dari Amerika melalui American Red Cross atau Palang Merah Amerika.

Sebanyak tiga kelurahan di Kota Semarang akan dikembangkam oleh American Red Cross menjadi wilayah percontohan sistem peringatan terhadap bencana. Ketiga wilayah itu adalah Kelurahan Wonosari, Kalipancur dan Bendanduwur.

Terkait hal itu, Walikota Semarang Hendrar Prihadi menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada perwakilan American Red Cross dan masyarakat yang terlibat dalam project antisipasi bencana tersebut.

Walikota Semarang yang juga akrab disapa Hendi tersebut menegaskan jika keterlibatan pihak luar dalam pengembangan Kota Semarang adalah implementasi konsep pembangunan Bergerak Bersama yang diusungnya.

“Butuh banyak keterlibatan untuk mewujudkan Semarang Hebat,” katanyanya di sela serah terima hasil kegiatan mitigasi bencana tahap awal (Maret 2017-Juli 2018) di Kelurahan Wonosari, Senin (30/7).

Terkait persoalan kebencanaan, kata Walikota Hendi, dengan upaya Pemerintah Kota Semarang saat ini, sebagian wilayah sudah teratasi. Namun dirinya tidak memungkiri bahwa dari sebanyak 177 kelurahan di Kota Semarang, masih ada 58 kelurahan yang memiliki potensi rawan bencana.

“Maka, apa yang diberikan American Red Cross ini sejalan dengan harapan kita untuk mengatasi potensi bencana di Semarang, terutama terkait bencana banjir. Dan ini menarik, karena sebagai wilayah yang dijadikan percontohan, Kota Semarang memiliki tanggung jawab untuk melakukan transfer knowledge yang bermanfaat bagi lainnya,” kata Walikota Semarang yang juga politisi PDI Perjuangan tersebut.

Salah satu bantuan yang diberikan American Red Cross kepada Kota Semarang sendiri adalah 10 alat pendeteksi banjir yang dapat mengeluarkan sirine untuk memperingatkan masyarakat. Melalui sistem peringatan dini terhadap datangnya banjir tersebut, masyarakat dapat meminimalisir kerugian yang mungkin ditimbulkan.

Sementara itu, perwakilan American Red Cross, Merry Turnip Saragih mengemukakan bahwa program koalisi kota tangguh yang didukung oleh USAID, CDTC, dan PMI ini diimplementasikan bagi dua kota yaitu Kota Semarang dan Ternate.

“Tujuannya untuk membuat suatu model atau contoh bagaimana permasalahan di sebuah kota dapat diselesaikan melalui koalisi kota tangguh. Semua ini dilakukan tidak hanya oleh pemerintah melainkan juga dibantu oleh masyarakat,” ujar Merry.

Menurutnya Semarang memiliki banyak keistimewaan di antaranya masuk ke dalam 100 Kota Tangguh di dunia. Melalui program ini ia yakin akan mendukung status tersebut. Pada implementasinya tiga kelurahan di Kota Semarang memperoleh bantuan total dana sebesar 1,7 miliar.

Dana tersebut dimanfaatkan untuk pelatihan regional dalam meningkatkan kesadaran dan kesiap-siagaan menghadapi bencana, sosialisasi, diseminasi dan kampanye tentang Kota Semarang Tangguh melalui berbagai media dan sekolah. (sen/yon)