Anak Sopir Bus Itu Lulus Seleksi Taruna Akpol, Sutarto: Saya Masih Tidak Menyangka

SEMARANG, RAKYATJATENG – Kebahagiaan dan kebanggaan pasangan Sutarto dan Nur Aini Cahyaningsih masih membekas jelas setelah putri kesayangannya, Nora Septiana dinyatakan lolos seleksi tahap akhir penerimaan Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) 2018.

Nama Nora tercantum dalam daftar 250 calon taruna Akpol yang diumumkan panitia pusat seleksi di Gedung Cendekia Akpol, Semarang, Jumat (27/7).

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir bus di daerahnya, Boyolali ini tidak dapat menutupi kebangganya. Dirinya masih tidak menyangka, anaknya dinyatakan lolos seleksi Akpol hingga tahap akhir ini.

Ia mengaku sangat senang dan bangga dengan prestasi yang diraih anak bungsunya itu. Sutarto tidak pernah mengira impian putrinya untuk menjadi perwira polisi kini semakin dekat.

“Saya masih tidak menyangka anak saya dapat lolos sampai tahap akhir penerimaan Taruna Akpol. Tentu ini anugerah terindah dari Tuhan kepada saya dan keluarga,” ucapnya.

Sutarto menerangkan, sejak kecil anaknya memang bercita-cita menjadi anggota polisi. Meski perempuan dan anak bungsu dari tiga bersaudara, namun Nora sudah menjadi pribadi yang mandiri.

“Sejak kecil sudah mandiri, sekolah SMP dan SMA di Semarang dan sudah jauh dari keluarga,” tambahnya.

Pria berusia 55 tahun ini mengutarakan, selain sekolah, Nora juga aktif mengikuti kegiatan olahraga yakni karate. Bahkan, Nora merupakan atlet karate andalan Jawa Tengah.

“Ia atlet karate, prestasi terakhir memenangkan Kejuaraan Nasional Piala Menteri Dalam Negeri (Mendagri) tahun ini dan mendapat gelar Best of The Best dalam kompetisi itu. Sejak SD sampai SMA dia memang selalu juara dalam ajang karate,” tegasnya.

Sutarto menerangkan, anaknya menjadi anggota polisi adalah hal yang tidak terbayangkan. Sebagai seorang sopir bus di desa dengan penghasilan Rp50 ribu perhari, namun anaknya dapat menjadi anggota polisi adalah hal yang membanggakan.

“Tentu sangat membanggakan, keluarga, masyarakat dan semua kenalan saya, bangga dengan prestasi anak saya ini,” terangnya sambil berkaca.

Ia mengaku sangat berterimakasih kepada Polri yang telah melakukan proses seleksi dengan baik dan jujur.

Menurutnya, proses seleksi yang dilakukan dengan prinsip Bersih, Transparan, Akuntabel, dan Humanis (BETAH) serta Clear dan Clean yang dikedepankan Polri ini memberikan kesempatan kepada orang seperti dirinya untuk ikut mendaftarkan anak kesayangannya itu.

“Prosesnya bersih, tidak ada KKN. Sampai sekarang, tidak ada satu sen pun uang keluar dari saya untuk proses pendaftaran anak saya itu,” katanya.

Sementara itu, kisah Nora, anak Sutarto yang bekerja sebagai sopir bus ternyata terdengar oleh Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia (As SDM) Irjen Pol Arief Sulistyanto.

Dia menyebut sempat memerintahkan Kapolres Boyolali untuk merazia bus yang dikemudikan ayah Nora. Hal itu dilakukan untuk meyakinkan apakah benar profesi yang bersangkutan memang sopir bus.

“Saya ingin pastikan memang itu profesinya dan bukan hanya terkesan skenario saja. Dan ternyata memang benar lalu tadi kami panggil kesini untuk mengungkapkan perasaannya melihat anaknya lolos menjadi taruni Akpol,” kata Arif.

Dari laporan yang diterima dari Kapolres Boyolali, ia mengetahui bahwa ayah gadis yang sudah menyandang ban hitam dan dua dalam karate ini memang seorang sopir bus. Kakak lelakinya adalah kondekturnya dan kakak ipar juga berprofesi seorang sopir.

“Inilah yang saya katakan bahwa proses seleksi itu harus bisa memberikan kesempatan bagi semua orang. Bukan hanya kepada orang hebat saja tapi siapapun selama ia punya kapabilitas dan kemauan dia akan lolos terpilih,” ujarnya.

Seperti diketahui, kuota didik Akpol tahun ini adalah 250 orang. Sementara calon taruna dan taruni yang bertahan hingga tahap akhir berjumlah 360 peserta. Dengan demikian 110 peserta akan dinyatakan tidak lulus. (sen/yon)