Melihat Semaraknya Solo Batik Carnival XI

  • Bagikan

SOLO, RAKYATJATENG – Event akbar tahunan Solo Batik Carnival (SBC) kembali digelar, Sabtu (14/7) sore. Selain mengusung tema Ika Paramartha, yang berbeda pada tahun ini adalah pembukaan atau opening ceremony diadakan di dalam Stadion Sriwedari, Solo.

Untuk bisa menyaksikan upacara pembukaan, penonton harus membeli tiket masuk dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 50 ribu sampai dengan Rp 150 ribu. Meski berbayar, tetapi antusiasme penonton cukup tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya penonton yang memadati arena stadion.

Sayangnya, Opening Ceremony sendiri molor dari jadwal yang telah ditentukan, yakni pukul 14.30 WIB dari harusnya dimulai pukul 13.00 WIB.

Ratusan peserta sudah terlihat sibuk sejak beberapa jam sebelum gelaran dimulai. Ada yang bersiap mengenakan kostum, merias dan juga melakukan persiapan lainnya. Barulah setelah pembukaan siap dimulai peserta menempati posisinya masing-masing.

Jumlah peserta pun mengalami penambahan yang sangat banyak. Dari yang sebelumnya sebanyak 158 orang, menjadi 322 peserta. Tingginya antusiasme peserta membuat jumlahnya bertambah hampir dua kali lipat.

Para peserta ini terbagi menjadi delapan devile atau kelompok. Setiap kelompok tersebut mewakili delapan provinsi besar di Indonesia. Seperti DKI, Jateng, Bali dan juga beberapa provinsi lainnya.

Suara tepuk tangan pun menggema ketika setiap devile menampilkan kreasinya. Dengan kostum yang begitu indah dengan tema Ika Paramartha, kostum yang dikenakan para peserta pun tampak begitu memukau.

Penampilan para peserta ini tambah semarak dengan penampilan penyanyi era 90-an, Tri Utami. Tri Utami memang didapuk untuk menjadi guest star dalam gelaran SBC tahun ini. Tidak hanya itu, Tri Utami juga menjadi maskot SBC XI.

Setelah satu persatu devile menampilkan kreasinya, para peserta pun melakukan kirab dengan menyusuri Jalan Slamet Riyadi. Mulai dari Stadion Sriwedari sampai dengan Gladak.

Di sepanjang jalan tersebut ribuan warga sudah tidak sabar menunggu. Bahkan mereka sudah datang sejak beberapa jam sebelum acara di mulai. Terik matahari yang menyengat siang itu tidak mengurangi antusiasme warga. Ada yang membawa keluarganya, anaknya atau dengan pasangannya.

Salah satu penonton, Ani Puspita mengaku rela menunggu lama hanya untuk bisa menyaksikan kirab SBC. Ani mengatakan, dirinya memang rutin hadir untuk menyaksikan SBC setiap tahunnya.

“Gelaran SBC itu sangat bagus, makanya setiap tahun saya selalu datang untuk menyaksikannya,” katanya.

Ani pun tidak hanya sekadar datang untuk menyaksikan SBC. Tetapi, dirinya juga membawa kamera untuk mengabadikan gelaran akbar setahun sekali itu. Bahkan Ani sempat dirinya kehabisan frame karena terlalu banyak memotret.

“Dulu sempat mengambil gambar hingga 300 frame, sampai memori saya habis,” katanya.

Warga lainnya, Dyah Nur Shinta mengatakan, bahwa gelaran SBC menjadi sajian yang layak untuk ditunggu. “Selain untuk mempertahankan budaya batik yang dikenakan oleh para peserta, gelaran ini memang layak ditunggu. Makanya, saya pun datang untuk menyaksikan setiap tampilan peserta,” katanya.

Sementara itu, ratusan peserta SBC terus melenggang menyusuri jalan protokol Slamet Riyadi. Para peserta berjalan dan berlenggok sampai ke Gladak atau Benteng Vastenburg. (apl/JPC)

  • Bagikan