Keren! Siswa SLB Ini Tetap Luwes Menari di Panggung

JEPARA, RAKYATJATENG – Meski memiliki keterbatasan, namun para pelajar di SLBN Jepara tetap mampu menampilkan pementasan menarik. Salah satunya menampilkan tari-tarian. Mereka luwes saat diminta tampil menari di atas panggung.

Tak hanya siswa perempuan, siswa laki-laki juga terlihat bersemangat. Berbagai tarian mampu dibawakan mulai dari tari tradisional hingga modern. Beberapa tarian yang ditampilkan di antaranya dari tari piring hingga tari medley nusantara.

Salah satu penampilan yang menarik perhatian yakni saat mereka menampilkan tari medley nusantara. Ada sekitar 10 anak dari SMP LB yang tampil. Mereka merupakan siswa tuna dan tuna wicara.

Mereka mengenakan busana yang berbeda. Ada yang mengenakan busana khas Papua, Bali, Jawa dan lainnya. Lengkap pula dengan riasan wajah yang mendukung. Masing-masing menampilkan tarian khas sesuai dengan daerahnya. Terakhir, semuanya kompak menarikan gerakan-gerakan modern yang menunjukkan semangat kebangsaan.

Saat di tengah penampilan musik sempat dimatikan. Namun mereka tetap menari dengan lincah. Hal ini lantaran mereka tidak berpaku pada musik tetapi menikmati tarian dengan hitungan-hitungan.

Anak-anak tersebut dilatih oleh guru tari di SLB Jepara Istiqomah. Karena tak bisa mendengar saat berlatih mereka diajarkan menggunakan hitungan. Butuh waktu berapa bulan sampai akhirnya mereka bisa menarikan tarian tersebut dengan baik.

Kepala SLB N Jepara Suwandi Joko Purnomo mengatakan, pihaknya mendorong anak-anak untuk berkreasi termasuk dalam hal menari. Sebagai bentuk dukungan dia juga melengkapi kebutuhan kostum untuk para penari. ”Kami minta guru untuk membuat kostum bagi para penari agar setiap tampil mereka tidak perlu kebingungan mencari kostum,” katanya.

Saat ini anak-anak SLB tidak hanya tampil menari di sekolah, tetapi sering diminta tampil dalam berbagai even budaya di Jepara seperti Hari Teater Dunia dan Jepara Cultural Festival. Termasuk tampil di Pendapa Kabupaten Jepara.

”Dulu zaman Bupati Jepara Hendro Martodjo anak-anak tampil pertama di pendapa. Awalnya bupati tidak percaya yang tampil anak-anak berkebutuhan khusus. Namun kami buktikan dengan mematikan musik di tengah tarian. Kalau orang normal tentu akan bingung dan mencari sumber suara. Namun anak-anak kami tetap menari,” imbuhnya. (ks/emy/zen/top/JPR/JPC)