“Ambal Warsa”, Saatnya Memberikan Lebih Banyak Pengabdian

  • Bagikan

SURAKARTA, RAKYATJATENG – Suasana Sasana Handrawina Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Kamis malam (28/6) tampak meriah ketika penyelenggaraan “Pisowanan Agung Sungkeman” berlangsung.

Lagu “Selamat Ulang Tahun” mengalun merdu dari para abdi dalem untuk merayakan hari kelahiran SISKS Pakoe Boewono XIII yang kini berusia 70 tahun dan Kanjeng Ratu Pakoe Boewono yang saat ini berusia 46 tahun. Sinuhun Pakoe Boewono XIII dan istri lahir pada bulan Juni, sehingga perayaan “ambal warsa” dilakukan bersamaan.

Acara Pisowanan Agung Sungkeman semakin istimewa karena dihadiri oleh keluarga besar keraton, raja-raja nusantara, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP, Kapolda Jateng Irjen Pol Drs Condro Kirono MM MHum dan istri, dan Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayor Jenderal TNI Wuryanto.

Dengan mengenakan busana adat kejawen jangkep berwarna hitam, Sekda Jateng Sri Puryono dan tamu lainnya menyampaikan ucapan sugeng ambal warsa kepada Sinuhun Pakoe Boewono XIII dan istri, usai prosesi memotong tumpeng dan kue ulang tahun.

Sekda Jateng Sri Puryono menuturkan, tak hanya kental dengan adat budaya keraton, perayaan hari kelahiran tersebut juga memiliki makna mendalam. Dengan berkurangnya usia seseorang, maka dia diharapkan untuk memberi semakin banyak kontribusi nyata bagi lingkungannya.

“Sebenarnya ini perayaan rutin, namun makna yang terkandung di dalamnya ketika ambal warsa justru umurnya berkurang. Itu ditekankan supaya kita memberikan lebih banyak pengabdian. Kalau dulu adalah pengabdian para sentono dan abdi dalem kepada raja. Kalau sekarang adalah pengabdian aparat, baik itu TNI/Polri, ASN, dan masyarakat kepada negara,” terangnya, seperti dilansir dari laman resmi Pemprov Jateng.

Di sela-sela  acara “Pisowanan Agung Sungkeman”, Sekda Jateng Sri Puryono sempat melihat koleksi gamelan keraton yang membuatnya berdecak kagum. Pasalnya, usia beberapa gamelan bahkan mencapai ratusan tahun.

“Gamelan yang saya lihat tadi adalah gamelan yang dibuat pada masa Pakoe Boewono II sekitar 200 tahun lalu. Ada juga gamelan Lokananta yang lebih sepuh lagi (usianya). Selain itu, ada gamelan yang dipakai untuk Sekaten dan saat Maulud ditabuh,” pungkasnya sembari tersenyum. (hms)

  • Bagikan