MEDAN, RAKYATJATENG – Kepala Basarnas Marsekal Madya M Syaugi turun langsung dalam proses penyisiran keberadaan bangkai kapal KM Sinar Bangun yang karam di Danau Toba. Dalam proses penyisiran itu, Syaugi menumpangi kapal KM SAR 412, Sabtu (23/6).
Dari Pelabuhan Tigaras, kapal kemudian bergerak ke lokasi yang diprediksi menjadi tempat bangkai kapal. Kapal itu kemudian menggunakan Marine Detector untuk menyisir dasar danau.
Alat itu mampu memberikan informasi dari dasar danau dengan kedalaman maksimal 500 meter. Sekitar dua jam melakukan penyisiran, alat belum mendeteksi apapun.
Syaugi pun sempat menjelaskan fungsi alat itu kepada awak media yang ikut dalam kapal. Kata Syaugi, alat itu mendeteksi objek yang dilintasi sensor yang dipasang di kapal.
Alat itu kemudian memberikan keterangan berapa kedalaman danau yang dilintasi. Jika melewati batas kemampuannya, maka layar akan kosong.
“Kita bekerja All Out dan bekerja dengan hati. Hari ini bisa kawan-kawan media saksikan secara langsung bagaimana kita bekerja,” kata Syaugi.
Secara prinsip Echosounder/Marine Detector adalah alat navigasi elektronik dengan menggunakan sistem gema yang dipasang pada dasar kapal. Selain mendeteksi logam, alat itu juga berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan serta mengetahui bentuk dasar suatu perairan. Bahkan, alat ini juga bisa mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertikal.
Selain menggunakan Marine Detector, SAR juga akan menggunakan alat Multi Beam Side Scan Sonar. Hingga saat ini, Basarnas masih menunggu alat kedatangan alat Multi Beam Side Scan Sonar yang punya kemampuan deteksi hingga 2.000 meter. Syaugi menyebut, alat itu sedang dalam perjalanan darat ke Pelabuhan Tigaras.
Pada pencarian yang telah memasuki hari ke enam ini, petugas belum bisa menemukan apa-apa. Kapal-kapal yang dikirim ke tengah danau pun pulang dengan tangan kosong. (pra/JPC)