Tampung Ternak Warga, BPBD Boyolali Siapkan Kandang Komunal

  • Bagikan

BOYOLALI, RAKYATJATENG – Meningkatnya eskalasi Gunung Merapi menjadi perhatian serius pemerintah dan elemen terkait. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah kemarin mengirimkan bantuan logistik bagi para pengungsi. Selain itu juga sudah disiapkan kandang komunal untuk menampung ternak warga.

Bantuan logistik ini, Kamis (24/5) diserahkan kepada Pemerintah Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, di Tempat Penampungan Pengungsi Sementara (TPPS) Desa Tlogolele. Berupa 50 kg beras, 10 kardus mi instan, 15 kg gula pasir, dan 10 bungkus minyak goreng. Selain itu ada berbagai macam peralatan dapur, peralatan makan, peralatan kesehatan, tikar dan lainnya.

“Tambahan bantuan logistik ini untuk menjamin warga lereng Gunung Merapi tetap aman dari sisi logistik. Jadi mereka tidak perlu khawatir soal keperluan ini,” ujar Kepala BPBD Boyolali Sri Ardiningsih, yang juga sekretaris sekda (Sekda) Boyolali ini.

Menurutnya, semua sudah dipersiapkan jika nanti aktivitas Gunung Merapi terus meningkat. Karena aktivitas gunung yang tidak bisa diprediksi, pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang dan menunggu informasi yang pasti yakni dari jajaran pemerintah.

“Kami sudah berkoordinasi dengan dibuatnya posko dan grup WA (WhatsApp) sehingga saya mohon tidak mempercayai berita yang tidak akurat darimana sumbernya,” ungkap Sekda.

Sementara itu, Kepala Desa Tlogolele, Widodo menyambut baik dengan adanya bala bantuan dari pemerintah ini. Bantuan yang diberikan ini sebagai salah satu langkah mengantisipasi bila erupsi Merapi terjadi.

“Bantuan ini sebagai upaya untuk mengantisipasi apabila terjadi letusan, mengingat kemarin saat terjadi letusan warga panik dan langsung lari ke sini (TPPS),” ungkapnya.

Tidak hanya logistik, BPBD Jateng juga minta ada lokasi penampungan ternak komunal. Ini berkaca pada  kasus erupsi Merapi 2010 bahwa yang diselamatkan ketika evakuasi nanti tidak hanya warga, tapi juga hewan ternak. Sebab, ini merupakan “harta karun” warga.

”Jangan sampai peristiwa delapan tahun lalu terjadi lagi, di mana warga naik turun hanya untuk menengok kondisi ternaknya,” jelas Kepala BPBD Jawa Tengah Sarwa Pramana saat ditemui wartawan di PMI Klaten, Kamis (24/5).

Lebih lanjut, Sarwa meminta kepada pemerintah desa yang berada di kawasan rawan bencana untuk mulai melakukan pendataaan hewan ternak. Hal ini untuk mengetahui jumlah ternak saat ini karena akan berkaitan dengan armada yang dibutuhkan. Termasuk penentuan lokasi yang dapat dijadikan sebagai kandang kamunal warga yang mengungsi nanti.

Berkaca dari pengalaman erupsi Merapi 2010, dirinya berharap pemkab dapat menentukan lokasi kandang komunal di jarak lebih dari 10 km. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi sampai hal yang terburuk terkait dampak erupsi yang ditimbulkan. Tentunya tidak membuat pemkab kerja dua kali jika jarak rawan diperluas oleh Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

“Ternak para pengungsi nantinya perlu dipikirkan karena harganya juga cukup mahal. Saya sudah survei ke atas ternyata ada sapi yang harganya sampai Rp 26 juta. Sudah seharusnya berbagai pihak mulai memikirkan bagaimana upaya penyelamatan ternak warga karena menjadi berharga bagi mereka,” jelasnya.

Diakuinya, upaya penyelamatan terhadap hewan ternak tentunya akan berdampak pada jumlah armada yang diperlukan. Maka itu dirinya meminta masing-masing desa untuk mengoordinasikan jika harus sampai mengevakuasi hewan ternak. Termasuk meminta kesadaran dari pemilik usaha truk yang selama ini mengangkut pasir.

Ia berharap jika evakuasi ternak dilaksanakan seluruh pemilik truk galian C harus menghentikan kegiatannya. Termasuk mengosongkan bak truk dari pasir karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan evakuasi hewan ternak. Keterlibatan para pengusaha memang diharapkan lewat program CSR-nya yang dapat diwujudkan melalui penyediaan armada tersebut. (JPC)

  • Bagikan