Angka Kematian Ibu dan Balita di Jepara Terendah se-Jateng

  • Bagikan

JEPARA, RAKYATJATENG – Berbagai upaya yang dilakukan untuk menekan angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Jepara menunjukkan hasil yang positif. Saat ini Kabupaten Jepara berhasil meraih predikat angka kematian balita terendah di tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Dwi Susilowati melalui Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Khumaidah didampingi Kasi Kesga Gizi Endang Ratriyasworo kemarin. Khumaidah mengatakan, dari tahun ke tahun angka kematian ibu dan anak terus mengalami penurunan.

Khusus untuk angka kematian balita, lima tahun terakhir juga mengalami penurunan. Yakni sebanyak 203 (2013), 162 (2014), 156 (2015), 124 (2016) dan menurun menjadi 117 (2017). ”Berdasarkan rekap data selama 2017 yang dilakukan oleh Dinkes Provinsi Jawa Tengah itu, Kabupaten Jepara untuk angka kematian balitanya paling rendah,” katanya.

Tak hanya angka kematian balita, angka kematian bayi dan ibu juga mengalami penurunan. Untuk angka kematian bayi selama lima tahun terakhir masing-masing 191 (2013), 147 (2014), 134 (2015), 115 (2016) dan menurun menjadi 108 (2017). Sementara untuk angka kematian ibu, masing-masing 26 (2013), 19 (2014), 11 (2015), 14 (2016) dan menurun menjadi 12 (2017).

Khumaidah menyatakan, semakin rendahnya angka kematian ibu dan anak di Jepara, tak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan. Di antaranya penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi seimbang  terutama asupan protein hewani bagi remaja putri dan ibu hamil, sumplementasi gizi mikro bagi ibu hamil dan remaja putri, pemberian PMT bayi bermasalah sebagai stimulan upaya peningkatan kondisi bayi BBLR atau penyakit lain serta peningkatan kondisi kesehatan ibu bayi, peningkatakan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam penanganan kasus BBLR dan asfiksia, manajemen terpadu bayi muda melalui pendekatan KN sampai dengan sosialisasi pada masyarakat dalam penanganan bayi BBLR terutama saat di rumah.

Masing-masing puskesmas juga memiliki inovasi untuk menekan angka kematian ibu dan anak tersebut. ”Fokusnya bagaimana agar ibu hamil mendapatkan pendampingan. Terlebih ibu hamil dengan resiko tinggi,” ujarnya.

Pendampingan itu dilakukan mulai awal hingga proses persalinan dan pasca persalinan. Jika ibu hamil tidak memiliki jaminan kesehatan, juga akan diupayakan dengan Jampersal. ”Karena dari evaluasi, kematian ibu banyak pula yang terjadi pasca persalinan,” ujarnya.

Di tingkat kabupaten sendiri, Khumaidah menjelaskan, pihaknya memiliki grup khusus bertajuk forum kesehatan ibu dan anak. Di sana ada berbagai pihak seperti rumah sakit, puskesmas beserta para dokternya. ”Sehingga jika ada temuan kasus bisa langsung didiskusikan,” ujarnya.

Selain itu ada juga forum komunikasi PONED PONEK yang berfungsi juga sebagai forum untuk transfer ilmu dari dokter ahli dan lainnya. ”Untuk mengatasi masalah-masalah yang sering dihadapi puskesmas maupun faskes lainnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak,” tuturnya.

Melalui komitmen semua pihak itu, dengan anggaran APBD dan Jampersal mampu menekan angka kematian ibu dan anak. ”Penurunan angka kematian ibu dan anak sangat penting. Sebab hal tersebut menjadi indikator pembangunan kesehatan di suatu wilayah,” imbuhnya. (JPC)

  • Bagikan