Hias Becak, Cara Kota Lama Semarang Lestarikan Pariwisata

  • Bagikan

SEMARANG, RAKYATJATENG – Puluhan seniman beradu kreatifitas membatik becak di Jalan Branjangan, sekitaran Gedung Monod Diephuis, kawasan Kota Lama Semarang, Minggu (20/5). Tak sekadar memfasilitasi para seniman untuk unjuk gigi, kegiatan yang sedianya dilombakan ini juga bertujuan melestarikan pariwisata salah satu daerah ikonik Kota Lunpia ini.

Pemilik Gedung Monod Diephuis, Agus S Winarto mewakili salah satu pihak penyelenggara acara menyebut, lomba hias becak diadakan sebagai upaya menyambut rencana konservasi kawasan Kota Lama. Termasuk Gedung Monod Diephuis di dalamnya.

“Jadi ketika nanti sudah terkonservasi, mampu memberikan gambaran bahwa hal tersebut juga akan memberikan dampak kesejahteraan kepada lingkungan sekitar,” ujarnya ketika ditemui di lokasi, Minggu.

Ia juga menyebut bahwa nantinya, becak hias ini mampu memberikan citra positif terhadap kawasan Kota Lama dan masyarakat sekitar. Pasalnya, lomba ini sekaligus menjadi bentuk corporate social responsibility (CSR) dari pihak Gedung Monod Diephuis.

“Dari 30 becak yang dibatik hari ini juga akan kami dihibahkan kepada para penarik becak untuk dioperasikan di Kawasan Kota Lama Semarang,” tambahnya.

Tak berhenti sampai di situ, ia mengungkap pihaknya bakal bekerjasama dengan dinas terkait guna adanya fasilitasi pelatihan bagi para penarik becak tersebut sebagai tour guide. “Rencana kami berikan mereka pelatihan, serta semacam panduan biar mereka lebih gampang saat mengantar para turis,” katanya lagi.

Terkait rencana konservasi kawasan Kota Lama sendiri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini sedang melakukan pembangunan kawasan Kota Lama Semarang. Berdasarkan data Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L), terdapat 116 bangunan yang masuk kategori cagar budaya di Kota Lama.

Dari ratusan bangunan tersebut, hanya ada satu bangunan yang dikelola Pemkot Semarang yaitu gedung Oudetrap. Sehingga, pembangunan tersebut diharapkan memotivasi pemilik gedung-gedung yang masuk kategori cagar budaya di Kota Lama untuk melakukan konservasi.

“Jadi bukan tambah-tambah kafe saja menarik wisatawan, yang hendak kami lakukan juga bentuk pelestarian atau konservasi cagar budaya yang nantinya InsyaAllah juga bisa menarik para turis,” tukasnya.

Sementara mengenai lomba hias becak itu tadi, Ketua Panitia, Ismu Puruhito menjelaskan, peserta lomba terdiri dari perorangan dan kelompok. Tidak hanya asal Kota Semarang, mereka juga datang dari Kendal, Demak, dan beberapa wilayah lain di sekitar Semarang. “Ada dari komunitas, perorangan, sampai sekolah,” bebernya.

Teknik penggarapan beserta peralatan lukis tidak dibatasi dan tema batik pun dibebaskan bagi para peserta. Termasuk piranti yang digunakan. Panitia hanya menyediakan cat, tinner, dan kuas dalam jumlah terbatas.

Nantinya, hasil para peserta akan dinilai oleh tiga juri yang diwakili pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Dewan Kesenian Semarang dan seorang pakar kesenian setempat. Yang dinilai meliputi kesesuaian tema, keindahan, kerapian, dan kreativitas.

Penilaian dan pengumuman akan dilakukan hari itu juga. Peserta yang menyabet juara 1, akan mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan Rp 2 juta, Juara 2 Rp 1,5 juta, Juara 3 Rp 1 juta, Juara Harapan 1-3 masing-masing Rp 500 ribu. “Pemenang akan diumumkan setelah acara buka bersama di Gedung Monod Diephuis,” tandasnya. (JPC)

  • Bagikan