Ki Enthus Susmono, Dalang Indonesia yang Mendunia

  • Bagikan

TEGAL, RAKYATJATENG – Kabar meninggalnya Bupati Tegal, Ki Enthus Susmono menyisakan duka mendalam di hati masyarakat. Warganet juga berbondong-bondong mengucapkan ungkapan belasungkawa di media sosial.

Ki Enthus Susmono, lahir di Tegal, 21 Juni 1966. Selain menjabat bupati, dia adalah seorang dalang.

Enthus dibesarkan dari lingkungan keluarga dalang. Dia adalah anak semata wayang dari Soemarjadihardja, dalang wayang golek Tegal. Bahkan, kakek moyangnya, R.M. Singadimedja merupakan dalang terkenal dari Bagelen pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat di Mataram.

Ki Enthus, begitu sapaannya, dengan segala kiprahnya yang kreatif, inovatif, serta intensitas eksplorasi yang tinggi, mengantarkan dirinya menjadi salah satu dalang kondang terbaik yang dimiliki Indonesia.

Hal tersebut juga dibuktikan dengan ketokohannya di dunia pedalangan. Pada tahun 2005, dia menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang seni-budaya dari International Universitas Missouri, U.S.A dan Laguna College of Bussines and Arts, Calamba, Philippines (2005).

Selain itu, di tahun yang sama, dia terpilih menjadi dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang Indonesia yang diselanggarakan di Taman Budaya Jawa Timur. Kemudian, pada tahun 2008, terpilih mewakili Indonesia dalam event Festival Wayang Internasional di Denpasar, Bali.

Ratusan karyanya juga tersimpan dalam museum di berbagai negara, diantaranya di Belanda, Jerman, dan New Mexico.

Gaya mendalang dengan sabetannya yang khas, kombinasi sabet wayang golek dan wayang kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan dalang-dalang lainnya. Kemampuan dan kepekaan dalam menyusun komposisi musik, baik modern maupun gamelan, serta kekuatan menginterpretasi dan mengadaptasi cerita serta kejelian membaca isu-isu terkini membuat gaya mendalangnya menjadi hidup dan interaktif.

Selain kemahiran dan ‘kenakalannya’ mendesain wayang-wayang, seperti wayang George Bush, Saddam Hussein, Osama bin Laden, Gunungan Tsunami Aceh, Gunungan Harry Potter, Batman, wayang alien, wayang tokoh-tokoh politik, dan lain-lain membuat pertunjukannya selalu segar, penuh daya kejut, dan mampu menembus beragam segmen masyarakat.

Pantas saja, ribuan penonton selalu membanjir saat dia mendalang. Sebab, dia berani melontarkan kritik terbuka dalam setiap pertunjukan wayangnya, memosisikan tontonan wayang bukan sekadar media hiburan, melainkan juga sebagai media alternatif untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.

Bahkan, pertunjukan wayangnya kerap dijadikan sebagai kampanye program-program pemerintah kepada masyarakat, seperti kampanye anti-narkoba, anti-HIV/Aids, Hak Asasi Manusia, Global Warming, program KB, pemilu damai, dan lain-lain. Di samping itu, dia juga aktif mendalang di beberapa pondok pesantren melalui media Wayang Wali Sanga.

Tetapi sayangnya, kiprahnya di dunia pewayangan dan pengabdi masyarakat harus berakhir, Pada, Senin (14/5) malam, sang dalang tutup usia. Rencananya jenazah akan dimakamkan pada Selasa (15/5) siang ini. (JPC)

  • Bagikan