Permintaan Peci Kudus Melonjak 3 Kali Lipat Jelang Ramadhan

  • Bagikan

KUDUS, RAKYATJATENG – Di Desa Honggosoco, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, para pekerja yang didominasi perempuan paruh baya asyik menyelesaikan kerjaannya. Ada yang sibuk menjahit bagian kertas dari peci, ada yang memotong kain, sampai ada yang sibuk menjahit bagian dalam peci.

“Kami sedang menjahit pakai jarum dengan cara manual. Biasanya kami menyebutnya ‘sum’. Kadang kami bawa pulang untuk dikerjakan di rumah, kadang di sini,” ungkap seorang pekerja sembari terus menggerakan jarum yang telah diikat benang.

Menurut perajin peci, Muhammad Nor Yasin (38), beberapa bulan terakhir, terjadi lonjakan permintaan. Tepatnya sejak menjelang Ramadhan seperti sekarang. Hal itu menurutnya sudah biasa terjadi setiap tahun.

“Jelang Ramadhan memang pesanan meningkat dari biasanya. Bisa sampai dua kali atau tiga kali lipat,” kata Yasin sambil beberapa kali mengajari pekerjanya menjahit peci, Sabtu (12/5).

Pria tiga anak ini menuturkan, saat ini permintaan bisa mencapai sekitar 800 peci per bulan. Padahal saat normal, jumlah permintaan sekitar 400 peci per bulan. Karena terjadi peningkatan permintaan, maka pihaknya harus bersiap-siap.

Adapun yang telah disiapkan sebagai bentuk antisipasi lonjakan permintaan, Yasin menambah dua pekerja. Yang semula hanya 6 orang, kini jadi 8 orang. Para pekerja yang diambil hampir seluruhnya warga Honggosoco.

Sambil sesekali mengecek kain beludru, Yasin mengungkapkan, pesanan datang rata-rata dari luar Jateng, seperti dari Jawa Barat. “Mereka para agensi saya. Dari merekalah pesanan datang biasanya,” ujar pria yang menjalani kerajinan peci sejak 5 tahun terakhir.

Selain itu ada juga pengurus pondok pesantren yang juga setia mengambil peci darinya. Biasanya, pesantren menyediakan untuk para santri.

“Sedangkan harga jual peci untuk eceran Rp 40.000 hingga Rp 75.000 per buah. Harga disesuaikan dengan motifnya. Yang mahal berarti yang istimewa, atau tidak ada kertasnya,” terangnya.

Adapun, beberapa motif yang dibuatnya adalah bagian atas bersekat dengan berbagai varian. Ada pula, motif di bagian samping peci. Yang saat ini tengah tren kembali, lanjut Yasin, peci dengan bagian samping dilengkapi motif.

Sejauh ini, pihaknya kesulitan soal bahan baku yang tidak ada di dalam kota. Yasin terpaksa membeli bahan baku dari Gresik, Jawa Timur. Misal, kain beludru dan kain keras.

Sementara yang menjadi keunggulan kerajinan pecinya adalah, bentuknya yang mengikuti tren, serta dipakai terasa enteng di kepala. “Produk kami memang bukan teratas, tapi kami mengutamakan kualitas. Hal itu yang bikin pelanggan senang,” pungkasnya. (dtc)

  • Bagikan