Rupiah Tembus Rp 14.000-an per USD, Ini Penjelasan Sri Mulyani

JAKARTA, RAKYATJATENG – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan menjaga kinerja dan pondasi ekonomi untuk merespon anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang mencapai angka psikologisnya sebesar Rp 14 ribu sejak Senin (7/5). Kondisi ini terjadi lantaran pasar yang tengah melakukan adjustment atau penyesuaian. Adapun salah satu penyebabnya adalah perubahan kebijakan pemerintah Amerika Serikat.

“Setiap data dan kenaikan suku bunga yang terjadi di Amerika Serikat pasti menimbulkan dampak ke seluruh dunia,” kata Ani, sapaannya, usai memberikan keynote speech Welcoming LPDP di Kantornya, Jakarta, Senin (7/5).

Meskipun begitu, mantan Direktur Bank Dunia tersebut menegaskan bahwa pengelolaan APBN dari sisi fiskal dan defisit tetap terjaga. Di mana, jika dilihat dari sisi neraca pembayaran kondisinya tetap bagus. Hal itu tercermin dari kinerja ekspor yang memiliki pertumbuhan cukup baik.

“Pertumbuhan ekonomi kita cukup bagus. Inflasi kita rendah. Ini adalah salah satu hal yang terus kita jaga,” jelasnya.

Sehingga, lanjut Ani, pada akhirnya para pelaku pasar akan melihat Indonesia sebagai suatu perekonomian yang baik dan stabil. Dengan demikian seluruh penyesuaian/adjustment ini bisa dilakukan secara jauh lebih cepat dan tanpa gejolak yang berati yang akan mengganggu pemulihan ekonomi Indonesia.

Sebagai informasi, sampai Hari ini (8/5), Rupiah kembali dibuka melemah terhadap Dolar Amerika Serikat. Sejak penutupan perdagangan lalu, Rupiah sudah tembus di angka Rp 14.000-an.

Dilansir Bloomberg, nilai tukar Rupiah dibuka melemah tipis ke level Rp 14.004 dibandingkan penutupan perdagangan lalu di angka Rp 14.001 per USD. Saat ini, posisi Rupiah tengah berada di level Rp 14.042 poin atau melemah 41 poin sejak pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (8/5). (JPC)