Kualitas Kakao Wonogiri Terbaik di Jateng, Butuh Pabrik Pengolahan

  • Bagikan

WONOGIRI, RAKYATJATENG – Asosiasi Petani Kakao Indonesia mendorong Wonogiri, Jawa Tengah, memiliki pabrik pengolahan kakao. Sebab, kualitas kakao yang dihasilkan merupakan yang terbaik di Jawa Tengah (Jateng). Apalagi bahan baku juga melimpah.

Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia Arif Zamroni mengatakan, produksi biji kakao di Wonogiri bisa mencapai sekitar 12-15 ton setiap bulan. Melihat hasil tersebut, Wonogiri dirasa layak memiliki pabrik pengolahan kakao atau pembuatan cokelat.

”Meskipun dalam skala kecil (Pabrik,red) layak ada karena kualitas kakao di Wonogiri diakui yang terbaik se-Jawa Tengah,” kata dia.

Pabrik pengolahan kakao tersebut tidak perlu langsung besar. Bisa dengan kapasitas produksi tiga kilogram cokelat per hari atau satu kuintal per bulan. Dijelaskan Arif, saat ini pihaknya sedang merintis kerja sama dengan petani kakao dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Wonogiri. Kerja sama yang dilakukan berupa penyediaan bahan baku kakao hingga pemasaran.

Dia menuturkan, pihaknya memadukan potensi kakao dengan bisnis riil, yakni menghubungkan perdagangan biji kakao dengan industri. Selama ini, perdagangan biji kakao di kabupaten itu banyak dikuasai tengkulak.

”Kita juga mendorong pengolahan biji kakao menjadi cokelat,” pungkasnya.

Petani kakao warga Dusun Blimbing, Desa Kopen, Kecamatan Jatipurno Sarino, 67, mengatakan, hasil dari kakao memang lumayan. Namun, dirinya saat ini terpaksa menebang 200 batang kakaonya sebab serangan hama. Saat ini pohon yang dia tebang tersebut diganti dengan sengon laut.

Menurut Sarino, menanam sengon laut lebih menjanjikan hasilnya, meskipun baru bisa dipanen lima tahunan sekali. Bahkan perawatannya juga lebih mudah.

”Sengon laut sudah satu tahun ini saya tanam, ada 90 pohon,” pungkasnya.

Terpisah, tengkulak kakao warga Dusun Sidokriyo, Desa Kerjo Lor, Kecamatan Ngadirojo Suyatmi, 65, mengaku, setiap hari rata-rata membeli biji kakao dari petani 500 kilogram. Harganya bervariasi tergantung kualitas biji kakao.

”Kalau masih basah perkilonya Rp 23 ribu sampai Rp 24 ribu. Tapi kalau sudah kering ya bisa sampai Rp 26 ribu sampai Rp 30 ribu,” katanya.

Menurut dia, biji-biji kakao tersebut kemudian dijual kembali kepada tengkulak asal Jawa Timur. Dirinya menjual kembali biji kakaonya Rp 27 ribu sampai Rp 32 ribu per kilogramnya. (JPC)

  • Bagikan