Inilah Penyebab Rupiah Anjlok Versi Analis

  • Bagikan

JAKARTA, RAKYATJATENG – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sepekan kemarin anjlok hingga menyentuh level Rp 13.900 menyusul hantaman sentimen global yang berasal dari negara Paman Sam. Bahkan, nilai tukar Rupiah sempat melemah ke level 13.930 atau di bawah sebelumnya di level 13875. Laju rupiah di pekan kemarin bergerak di bawah target support 13.888 dan resisten 13.864.

“Nilai tukar rupiah pekan kemarin masih dalam pelemahannya seiring kembali terapresiasnya laju USD karena sentimen internal dari makroekonomi AS,” kata analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Minggu (29/4).

Reza mengatakan, masih adanya imbas kenaikan laju USD seiring kenaikan imbal hasil obligasi AS memberikan sentimen negatif pada pergerakan Rupiah yang kembali berada di zona merah di awal pekan.

“Efek psikologis terhadap meningkatnya inflasi AS seiring kenaikan harga minyak mentah dan sejumlah komoditas lainnya diperkirakan akan memicu The Fed menaikan suku bunganya sehingga berimbas pada terapresiasinya USD,” tuturnya.

Sementara itu, lanjutnya, dari dalam negeri Bank Indonesia (BI) telah melakukan sejumlah intervensi untuk menjaga Rupiah sehingga tidak mendekati level Rp14.000 per dolar AS.

Pasca melemah, kata Reza, laju rupiah mencoba kembali berbalik menguat meski terbatas seiring masih adanya imbas kenaikan laju USD. Di tengah kenaikan USD tersebut pergerakan EUR mencoba mengimbanginya sehingga imbas kenaikan USD tidak terlalu besar terhadap pergerakan EUR.

“Kembali terapresiasinya laju USD seiring imbas melonjaknya imbal hasil sejumlah obligasi AS, menutup peluang Rupiah untuk terjadinya pembalikan arah menguat,” tuturnya.

Sementara itu, berbagai berita-berita positif dari dalam negeri sehubungan dengan meningkatkan pemasukan cadangan devisa nantinya tampaknya belum direspon positif. Pergerakan USD masih kembali mengalami kenaikan seiring masih adanya penguatan imbal hasil obligasi AS.

Tertembusnya imbal hasil obligasi AS hingga melewati batas psikologis 3 persen membuat permintaan akan aset safe heaven meningkat.

Sementara itu, upaya Menkeu untuk menenangkan pasar dengan mengatakan pelemahan USD harus bisa dimanfaatkan oleh ekonomi Indonesia dan upaya Kementerian Perindustrian terhadap prioritas pengembangan sejumlah industri tertentu untuk menarik investasi tampaknya belum sepenuhnya direspon positif.

“Laju Rupiah cenderung bergerak mendatar pada perdagangan di akhir pekan seiring masih adanya imbas dari kekhawatiran akan kenaikan laju USD. Padahal dalam perdagangan valas global, laju USD cenderung tertahan jelang rilis GDP kuartal pertama AS yang diperkirakan akan cenderung melambat,” tandasnya.(JPC)

  • Bagikan