Harga Daging Ayam dan Cabai Merambat Naik Jelang Ramadhan

  • Bagikan

BONTANG, RAKYATJATENG – Tingginya permintaan saat bulan Ramadhan sudah diantisipasi oleh pasar jauh-jauh hari. Agar kenaikannya tidak terasa drastis pas bulan Ramadhan, beberapa bulan sebelumnya harga-harga sudah mulai dinaikkan tipis-tipis.

Di sejumlah pasar di Bontang, Kalimantan Timur misalnya, dua komoditas yang harganya sudah mulai merambat naik yakni ayam potong dan cabai besar. Randi, salah seorang pedagang di Pasar Rawa Indah mengatakan, kenaikan harga cabai sudah terjadi tiga hari terakhir.

Pembeli yang biasanya bisa membawa pulang sekilogram cabai besar dengan harga Rp 40.000, kini harus merogoh kocek lebih dalam, menjadi Rp 60.000.

“Pembeli jadi berkurang, mereka kaget dengan harga yang naik ini,” katanya dikutip dari Bontang Post (Jawa Pos Grup), Minggu (8/4).

Menurut Randi, banyak konsumen yang mengeluhkan kenaikan harga tersebut dan beranggapan harga naik karena menjelang Ramadan.

“Banyak pembeli yang mengeluh. Apalagi langganan kami yang memiliki warung-warung dan membutuhkan banyak bumbu,” ujarnya.

Pihaknya meminta kepada pemerintah agar dapat menjaga harga komoditas cabai yang kerap fluktuatif. “Kalau begini terus pedagang yang repot,” kata dia.

Sementara itu, pedagang lain, Aisya menyebutkan harga ayam potong juga merambat naik menjadi Rp 48.000 per ekor, dari sebelumnya Rp 40.000 per ekor. “Naiknya perlahan-lahan. Sempat juga harga itu terhenti beberapa waktu,” kata Aisya.

Ia mengatakan, naiknya harga dikarenakan kurangnya pasokan dari distributor. Aisya mendatangkan ayam-ayam potong tersebut dari Balikpapan dan Samarinda.

Kenaikan ini berdampak pada berkurangnya penjualan tiap harinya. “Sekarang pembeli jadi sepi. Biasanya tiap hari bisa habis 100 potong. Sekarang hanya 60 potong saja maksimal,” ungkapnya.

Senada, Sumarsih, penjual ayam potong di Pasar Telihan mengatakan, sebulan lalu harga daging ayam potong masih di kisaran Rp 45.000 per ekor. Kini, harganya sudah mencapai Rp 50.000 per ekor.

“Harganya merangkak pelan-pelan. Saya harapkan ini ada solusi,” ujar Sumarsih.

Kendati demikian, ia mengaku angka penjualan di lapaknya tak berubah. Pasalnya, Sumarsih telah mempunyai pelanggan tetap yang mengambil barang dagangannya.

Ia mengaku per potongnya hanya mengambil keuntungan Rp 2.000. “Tiap hari 170 potong, walau naik tetapi angka penjualan tetap. Tetapi ya pelanggan itu ngomel,” keluhnya.

Menurutnya, standar harga saat ini masih terlalu tinggi. Sehingga tidak semua orang mampu menjangkau untuk membeli daging ayam. “Maksimal kalau bisa Rp 30.000 sehingga semua orang dapat membeli,” ujarnya. (JPC)

  • Bagikan