Desa Podosari Jadi Sentra Kerajinan Alat Rumah Tangga, Tapi Kesulitan Pemasaran

  • Bagikan
PEKALONGAN, RAKYATJATENG - Desa Podosari, Kabupaten Pekalongan, diwacanakan menjadi sentra kerajinan alat rumah tangga. Di desa ini, masyarakat banyak membuat alat kerajinan seperti tampah atau dunak dan lainnya. "Saat ini, kita telah mewacanakan Desa Podosari sebagai sentra kerajinan alat rumah tangga itu. Sebenarnya produk kerajinan unggulan warga Desa Podosari tidak bisa dilakukan oleh desa lain sehingga kami mewacanakan sebagai sentra produk tampah di sini," ujar Kepala Desa Podosari, Nurcahyo. Meski begitu, para pengrajin mengeluhkan sulitnya memasarkan produk mereka, seperti tampah dan dunak, karena masyarakat masyarakat lebih memilih menggunakan alat untuk tempat barang itu yang berbahan plastik. Pengrajin tampah, Casiyem (50), di Pekalongan, Selasa (27/3), mengatakan bahwa saat ini, kerajinan tampah atau dunak sebagai tempat menaruh beras atau makanan kecil sudah mulai tergusur dengan produk yang menggunakan plastik. "Oleh karena itu, kami mengalami kendala untuk memasarkan produk kerajinan tampah itu. Jika pun dijual pada tempat penampungan pun harga masih relatif rendah atau tidak seimbang dengan biaya dan tenaga yang kami keluarkan," katanya. Menurut dia, kerajinan tampah atau dunak itu sempat cukup diminati masyarakat pada era 1990-an. Akan tetapi kini, masyarakat cenderung menggunakan produk berbahan plastik untuk menaruh beras atau makanan. Kerajinan tampah itu, kata dia, membutuhkan bahan kulit reyeng atau bambu seharga Rp4.000 per paket kemudian untuk pembuatan eblek Rp4 ribu, blengker Rp3 ribu, buruh jejet Rp3 ribu, tali jejet Rp3 ribu, dan setel tampah atau proses akhir Rp3 ribu. "Oleh karena, untuk kerajinan tampah satu akan membutuhkan modal sekitar Rp19 ribu, kemudian kami jual pada penampung Rp25 ribu. Jadi jika dihitung tak seberapa untungnya jika dibanding dengan biaya tenaga dan waktu," katanya. Kepala Desa Podosari, Nurcahyo, mengatakan saat ini pemasaran kerajinan tampah tidak seramai seperti pada era 1990-an karena masyarakat lebih menyukai penggunaan produk yang efektif dan efisien. Kendati demikian, kata dia, pemerintah desa tetap mendukung dan memberikan semangat pada pengrajin tampah untuk tetap memproduksi kerajinan yang sudah turun temurun itu. "Saat ini, kita telah mewacanakan Desa Podosari sebagai sentra kerajinan alat rumah tangga itu. Sebenarnya produk kerajinan unggulan warga Desa Podosari tidak bisa dilakukan oleh desa lain sehingga kami mewacanakan sebagai sentra produk tampah di sini," katanya. (ant)
  • Bagikan

Exit mobile version