Inilah 3 Faktor Utama Penyebab Pasien Difteri Meninggal Dunia
RAKYATJATENG - Pemerintah melalui program ORI (outbreak response immunization) yang telah dilakukan di 28 provinsi dipercaya lebih membuat lega masyarakat dari ancaman wabah difteri.
Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman Corynebacterium Diphteriae. Kuman ini menghasilkan racun yang menyebabkan gangguan di tubuh. Penyebarannya melalui kontak dengan percikan atau cairan yang diproduksi dari saluran napas atau dari lesi kulit.
Gejala penyakit ini muncul dalam dua hingga lima hari setelah terinfeksi. Kuman menyerang sistem pernapasan juga dapat merusak jantung, sistem saraf dan ginjal.
Keluhan awal yang umum dirasakan adalah batuk, suara serak, nyeri menelan, atau sakit tenggorokan, badan terasa lemas, dan demam yang tak tinggi. Pada pemeriksaan fisik terlihat lapisan berwarna abu-abu dengan bercak putih.
Lapisan tersebut melekat erat dan bila dilepaskan akan berdarah. Apabila dibiarkan, maka akan menyebar luas dan mengakibatkan kelenjar getah bening sekitar leher bengkak. Tak lama, akan menyumbat saluran pernapasan sehingga terdengar bunyi napas seperti mengorok.
Dokter Spesialis Anak RS Siloam Asri Jakarta, dr. Dave Anderson Sp.A menegaskan bahwa jika kondisi tersebut dibiarkan maka akan menyebabkan kematian.
"Semakin lama nggak ditangani medis atau nggak diobati, maka toksin semakin luas. Pengobatan pakai 2 aspek, yakni menangkap difteri dengan diberikan serum atau dengan imunisasi," tegas Dave kepada JawaPos.com, Jumat (2/3).
Lebih lanjut, Dave menjelaskan ada 3 faktor utama yang bisa menyebabkan pasien difteri meninggal dunia. Salah satunya terlambat diberi penanganan medis.
Gangguan Pernapasan
Kematian dari difteri itu akibat gangguan di pernapasan. Difteri timbulkan lapisan membran di tenggorokan, sehingga menghambat saluran napas taj masuk ke paru-paru kurang oksigen dan menyebabkan henti napas.
Gangguan di Jantung
Penyebaran toksin menyebabkan gangguan irama jantung, sehingga membuat seseorang meninggal mendadak.
Gangguan Saraf
Difteri juga bisa menyebabkan kelumpuhan saraf. Gangguan terjadi di otot pernapasan sehingga menyebabkan gagal napas. (JPC)