Inilah Penyebab Pasangan Anda Selingkuh dan Tips Menyikapinya

  • Bagikan
DERASNYA arus informasi di dunia maya membuat nyaris tidak ada rahasia, termasuk dalam urusan rumah tangga. Belum lama ini misalnya, netizen digegerkan dengan kasus Bu Dendy alias Ovie yang melabrak Nylla Nylala lantaran temannya itu diduga berselingkuh dengan suaminya. Fenomena perselingkuhan yang marak disebarkan di media sosial akhirnya memunculkan istilah pelakor (perebut laki orang) dan pebinor (perebut bini orang). Dari kacamata psikolog Irma Gustiwana Andriani dari Lembaga Psikologi Terapan UI mengatakan, urusan perselingkuhan ini sebetulnya sejak dulu sudah banyak terjadi. Namun, lantaran kehadiran media sosial sekarang ini, menjadi semakin terungkap. Mengenai perselingkuhan, Irma mengatakan umumnya ada kepuasan psikologis yang tidak terpenuhi sehingga berujung individu tersebut menjalin hubungan dengan orang lain. “Mungkin saja sewaktu kecil, ia kehilangan figur ayah sehingga kasih sayangnya berkurang. Dari kecil konsep dirinya tidak kuat atau rendah. Bisa juga karena adanya trauma, kehilangan, ataupun merasa kekurangan,” bebernya. Hal ini bisa juga karena menganggap menggaet pasangan orang lain menjadi tantangan tersendiri baginya. “Berkaitan juga dengan aktualisasi diri, jadi kalau bisa merebut pasangan orang berarti dirinya lebih dibandingkan dengan pasangan orang bersangkutan, kepuasan dirinya akan terpenuhi,” ujarnya. Hal ini tentu berbeda jika akar masalahnya jelas. Sebut saja si istri merupakan korban KDRT atau istri lebih mementingkan karier ketimbang rumah tangga. Jika ternyata pasangan berselingkuh, Irma menyarankan untuk melakukan tiga langkah, yakni calm, consideration, dan cooperatif . Calm, yaitu tetap tenang, ajak bicara pasangan. Usahakan menggunakan “I language” atau kata saya/aku. “Katakan saya kecewa dan sedih. Dari sini harapannya suami bisa menceritakan kenapa sampai berselingkuh. Kemudian consideration , pertimbangkan matang-matang kirakira apakah yang dibicarakan nantinya membuat situasi tambah buruk. Terakhir cooperatif , ajak diskusi pasangan untuk menyelesaikan masalah. “Kalau misalnya butuh orang ketiga, datanglah ke konselor. Sebaiknya jangan datang ke teman sendiri karena mereka tidak objektif. Boleh juga bercerita dengan keluarga jika memungkinkan,” kata Irma. Tentunya hal ini butuh proses. Ia mengingatkan agar tidak dikuasai emosi, dan sebaiknya mengumpulkan data dengan benar untuk membuktikan pasangan memang benar selingkuh. (oz)
  • Bagikan

Exit mobile version