Kalau Enggak Mau Ketangkep, Ya Stop Sebar Ujaran Kebencian

RAKYATJATENG, JAKARTA – Kepolisian Republik Indonesia dianggap sudah memiliki alat yang mampu mendeteksi konten yang mendandung ujaran kebencian sosial di dunia digital, khususnya media sosial.
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri berhasil menangkap sejumlah orang yang merupakan anggota THE FAMILY MCA (Muslim Cyber Army), sebuah kelompok penyebar ujaran kebencian yang tergabung dalam sebuah grup WhatsApp (WA) untuk menggerakan aksinya.
Pengamat Media Sosial Nukman Luthfie menilai, terungkapnya kelompok ini berkat teknologi yang dimiliki kepolisian yang sudah bisa mendeteksi siapa saja yang melakukan ujaran kebencian di dunia digital dan menyebarkannya.
"Kamu itu bisa saja bersembunyi di balik berbagai akun apapun, bahkan bisa bersembunyi di balik WA-WA grup. Tapi intinya sekarang, polisi punya teknologi yang mendeteksi siapa yang memungkinkan lakukan ujaran kebencian, siapa penyebar hoaks," jelas Nukman, Rabu (28/2).
"Hal yang terlarang di undang-undang mengenai penyebaran konten di medsos itu polisi sudah punya alat siapa yang menyebarkannnya," imbuh Nukman.
Oleh karena itu, Nukman menegaskan siapapun seharusnya menghentikan kegiatan negatif dengan membuat ujaran kebencian dan menyebarkanya di masyarakat.
"Intinya kalau enggak mau ketangkep, ya stop (berhenti-red) main-main dengan itu. Boleh kita pakai akun palsu atau apapun lah, namun teknologi memungkinkan untuk mendeteksi itu semua, enggak ada tempat aman di dunia digital," tegasnya.