Terungkap dari Pidato Sri Mulyani, Pertumbuhan PDB Era Jokowi Terendah

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID – Peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP), Gede Sandra, memetik sejumlah poin dari pidato Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam pidatonya di Universitas Indonesia (UI), Depok, Sabtu (3/2/2018).

Dalam pidatonya itu, Sri Mulyani menyinggung tentang pertumbuhan (growth) Pendapatan Domestik Bruto (PDB) perkapita Indonesia yang tertinggal dibanding negara-negara tetangga.

Gede pun melakukan pembandingan growth PDB perkapita Indonesia, dalam mata uang Rupiah berdasarkan harga berlaku, dari berbagai masa Pemerintahan tahun 1999-2016.

“Saya memilih penggunaan mata uang Rupiah dalam mengukur growth PDB perkapita agar konsisten dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang juga menggunakan mata uang Rupiah dalam mengukur growth PDB setiap tahunnya,” kata Gede kepada redaksi, Rabu (7/2/2018).

Menurutnya, pendekatan ini adalah yang terbaik dalam mengukur tingkat kemajuan perekonomian suatu negara dibanding bangsa lain, karena mengukur kenaikan pendapatan negara dibagi keseluruhan jumlah penduduknya.

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa growth PDB per kapita di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) merupakan yang tertinggi, mencapai rata-rata 22,6% pertahun.

Sementara era Megawati growth PDB perkapita turun cukup rendah menjadi rata-rata 10,09% pertahun. Era SBY growth PDB perkapita kembali naik cukup tinggi ke level 14,5% pertahun.

“Pada era Jokowi justru Indonesia mengalami growth PDB perkapita yang terendah, hanya 8,6% pertahun. Artinya menjadi tugas Menteri Keuangan juga yang menentukan target lebih tinggi, agar growth PDB perkapita Indonesia dapat melaju lebih cepat lagi,” demikian Gede. (san/rmo)

 

  • Bagikan