SANTUN Sukses Tingkatkan Produksi Bawang Merah Sepanjang 2017

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Pestisida ramah lingkungan mendukung ketahanan pangan dan peningkatan produksi bawang merah di hampir 50.000 petani bawang di delapan sentra tani sepanjang 2017. Pencapaian tersebut didapatkan lewat program edukasi SANTUN.

Petani bawang merah di Indonesia sering menghadapi biaya produksi yang tinggi dan terancam mengalami kegagalan panen yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Aplikasi pestisida lantas menjadi langkah solutif.

Sayangnya, aplikasi pestisida yang tidak rasional merupakan salah satu kelemahan dalam produksi bawang merah di Indonesia. Selain mengakibatkan biaya produksi yang tinggi, keuntungan minim dan efek buruk bagi ekosistem, penggunaan pestisida yang tidak tepat guna akan mengakibatkan gangguan kesehatan petani.

CropLife Indonesia dan PRISMA (Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture) pun menggawangi program SANTUN (Solusi Cara Banyak Untung) di tahun 2017. Hampir 50.000 petani dan penyuluh bawang merah di Jawa Timur dan Nusa Tenggara mendapatkan sosialisasi pengetahuan mengenai praktik pertanian yang baik (good agriculture practice) dan praktik penggunaan pestisida yang baik (good pesticide practice) untuk menghadapi serangan hama dan penyakit.

Lebih dari 80% dari peserta program adalah merupakan petani yang merupakan target utama program edukasi ini. Selain petani, materi juga diberikan kepada petugas lapangan di seluruh lokasi acara dalam sesi TOT (Training of Trainers).

Sepanjang 2017, SANTUN telah sukses diselenggarakan di beberapa kota di Jawa Timur, yaitu Probolinggo di bulan April, Nganjuk di bulan Mei, Kediri dan Bojonegoro di bulan Juli, serta di Kepulauan Nusa Tenggara, yaitu Kota Bima pada Agustus dan Lombok Timur di bulan September. Kemudian ditutup pada November di Pulau Madura dan Sumbawa. Program ini dilaksanakan bekerjasama dengan dinas pertanian setempat, dan juga KARSA, sebuah platform aplikasi pertanian sebagai media partner yang turut mensosialisasikan program SANTUN ke seluruh Indonesia.

Dalam pencapaian program SANTUN, kehadiran tertinggi yaitu petani di daerah Nganjuk dan Bima. Sebanyak 249 orang Penyuluh Lapangan diundang untuk mendapatkan edukasi dari materi SANTUN, dimana berpotensi untuk menyentuh 49.575 orang penyuluh dan petani di wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Lima topik menjadi tema edukasi yang dihadirkan pada setiap program, di antaranya Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu; Alat Pelindung Diri, Anti Pemalsuan Produk; Manajemen Resistensi; Perawatan Alat Semprot, Label; dan Lima Aturan Utama Penggunaan Pestisida.

“Acara ini sangat positif dan perlu diadakan juga di tingkat kelompok tani. Materi penggunaan pestisida dan resistensi merupakan materi paling penting dikarenakan penggunaan pestisida di sini sudah melebihi ambang batas sehingga sangat merugikan petani. Pengetahuan PPL yang masih terbatas, sehingga pelatihan yang didampingi oleh ahlinya juga perlu dilakukan di tingkat kelompok tani,” kata Muhamad Hasbih, PPL Desa Nagabaru, Wanasaba, Lombok Timur.

SANTUN turut dihadiri perwakilan pemerintah daerah, seperti Wakil Bupati Kabupaten BIMA Drs. H. Dahlan M. Noer, serta para stakeholder antara lain Kementerian Pertanian (Direktorat Pengawasan Pupuk dan Pestisida, Direktorat Hortikultura), Kepala Dinas Pertanian, Kabid Hortikultura di tingkat kabupaten, dan Kabid Hortikultura di tingkat kecamatan. Hadir PPL, juga melibatkan tenaga POPT, petani kunci, kelompok tani, petani perempuan, Assosiasi Bawang Merah Indonesia, dan para pemangku kepentingan. Tak ketinggalan, perwakilan seluruh perusahaan di bawah naungan CropLIfe Indonesia yang memiliki komitmen sama dalam memajukan sektor pertanian di Indonesia, antara lain BASF, Bayer, Dow Agrosciences, DuPont, FMC, Monsanto, Nufarm, dan Syngenta.

Executive Director CropLife Indonesia Agung Kurniawan mengatakan bahwa kampanye pengendalian hama dan penyakit terpadu adalah bentuk kepedulian CropLife terhadap petani bawang di Indonesia. Pihaknya sebagai asosiasi dari delapan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pestisida dan benih di Indonesia bertanggung jawab untuk memberikan edukasi tentang penggunaan pestisida yang tepat guna sehingga dapat membantu petani dalam meningkatkan produktivitas tanaman (stewardship).

“Kampanye ini sekaligus juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para petani dan toko tani akan bahayanya produk pestisida palsu,” katanya.

Agung menambahkan, edukasi tentang pengendalian hama dan penyakit terpadu perlu menjadi prioritas bagi semua pengusaha bisnis pestisida karena bisnis pertanian tidak hanya pada keuntungan semata. “Bisnis pertanian tetap harus memperhatikan kelestarian ekosistem, faktor kesehatan, dan kesinambungan bisnis dengan para petani,” tandasnya.

Program ini bertujuan agar petani lebih teredukasi dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman, terutama dalam penggunaan produk perlindungan tanaman yang aman dan berkelanjutan. Dalam jangka panjang, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani petani di Indonesia. Karenanya, SANTUN melibatkan berbagai elemen mengingat banyaknya pihak yang merasa bertanggung jawab untuk memajukan pengetahuan petani bawang merah Indonesia.

“Kerja sama PRISMA dengan Croplife Indonesia dan Dinas Pertanian Bima merupakan contoh nyata kerjasama antara sektor swasta dengan pihak pemerintah yang bertujuan untuk memajukan pertanian bawang merah,” kata Manajer Portofolio Prisma, Prajwal Shahi.

“Kami harapkan juga kegiatan ini dapat pula dikembangkan ke daerah-daerah lain khususnya di wilayah sentra bawang merah di Indonesia,” ujarnya.

Penggunaan sosial media dan aplikasi android juga merupakan terobosan baru yang untuk pertama kalinya diterapkan oleh program SANTUN ini. Nyatanya, rata-rata sebanyak 170.000 orang melihat setiap kegiatan SANTUN, baik melalui app, web, maupun media sosial jaringan Karsa.

“Sebagai aplikasi pertanian terdepan di Indonesia, kami bangga untuk bersama sama Croplife dan Karsa menyebarkan pengetahuan pertanian yang baik di kalangan petani. Kami sangat mendukung usaha ini dan penggunaan teknologi digital secara tepat guna oleh program SANTUN,” kata Yudha Kartohadiprodjo, pendiri KARSA.

Selain pelatihan dan edukasi langsung di lapangan tentang SANTUN, juga dilakukan penilaian terhadap pemahaman petani dan penyuluh selama beberapa waktu setelah diadakannya acara. Dari hasil penilaian mengenai pemahaman materi terhadap peserta, didapatkan hasil bahwa Nganjuk mendapatkan nilai tertinggi yaitu 91,07% tentang pemahaman materi walaupun acara telah lama selesai. Kemudian disusul oleh Kediri, Sumbawa, Pamekasan, Bojonegoro, Lombok timur, dan Bima dengan nilai terendah yaitu 67,60% dengan rerata nilai 8. (Fajar)

 

  • Bagikan