Yang Bikin Warga Kesal dengan Pemerintahan Ahok-Djarot itu, Tidak Pernah Ada Diskusi Soal Lahan
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Empat petak lahan di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan yang belum bisa dibebaskan mengakibatkan terhambatnya pembangunan proyek mass rapid transit (MRT). Pasalnya, pemilik lahan keberatan melepasnya untuk proyek transportasi massal itu sehingga menggugat ke pengadilan.
Namun, kini salah satu pemilik lahan bersedia melepaskan asetnya untuk kepentingan umum. Warga yang bernama Mahez bersedia melepas lahannya untuk proyek MRT setelah berdiskusi langsung dengan Gubernur DKI Anies Baswedandan wakilnya, Sandiaga Uno, Jumat (20/10).
Mulanya, Anies dan Sandiaga meninjau proyek MRT di Jalan Fatmawati. Tiba-tiba Mahes menyambangi duet yang dikenal dengan sebutan Anies-Sandi itu.
Selanjutnya, Mahez menyampaikan keluh kesahnya kepada Anies. Mahez menyebut sengketa lahan yang melibatkannya dengan Pemerintah Provinsi DKI sudah sampai di Mahkamah Agung (MA).
“Sengketa lahan ini sudah sampai di MA. Sebenarnya kami mau kooperatif kepada pemprov, tapi komitmennya dari dulu tidak pernah jelas,” kata Mahez saat ditemui di depan rumahnya.
Awalnya, persoalan lahan itu bergulir menjadi sengketa perdata di Pengadilan Tinggi DKI. Pasalnya, Mahez mengajukan harga tanahnya Rp 120 juta per meter persegi.
Namun, Pemprov DKI hanya mau menghargai Rp 60 juta per meter persegi. “Harga Rp 120 juta termasuk kerugian ekonomis yang kami alami. Sebab, selama proyek MRT berjalan, usaha kami tidak laku,” kata Mahez.
PT DKI memutus harga tanah Mahes adalah Rp 60 juta per meter persegi. Tapi, Pemprov DKI malah mengajukan kasasi ke MA.
Mahez merasa kesal karena Pemprov DKI tetap ngotot menghargai tanahnya Rp 30 juta per meter persegi. Yang lebih disayangkan, lanjut Mahez, Pemprov DKI tidak pernah mendiskusikan sengketa lahan itu dengan warga.
“Saya menyadari bahwa sengketa lahan ini mengganggu pembangunan. Tapi, kami seakan tidak dilihat. Makanya saat tahu Pak Anies ke sini, saya datangi saja sekalian,” tutur dia.
Akhirnya, ada dialog antara Anies dengan Mahez. Hasilnya, Mahez pun bersedia melepas lahannya.
Selanjutnya, pelepasan lahan tersebut terselesaikan secara simbolis. Anies dan Mahez memukulkan palu ke pagar pembatas lahan yang disengketakan.(mg4/jpnn)