SMESCO Indonesia Angkat Seni Quilt dan Needle
JAKARTA - SMESCO Indonesia kembali membuat gebrakan. Kali ini, mengangkat seni quilt dan needle ke dalam ajang pameran nasional bertaraf internasional. Yakni, SMESCO 2nd Quilt & Needle Craft Festival 2017. Acara yang bertajuk Pernik Nawacita Nusantara dalam Padan tersebut akan berlangsung selama tiga hari, dari 19-21 Oktober 2017 di Exhibition Hall SMESCO Indonesia, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharam. Selain itu, dihadiri para tokoh, di antaranya Duta Koperasi Dewi Motik Pramono, anggota DPR Rieke Dyah Pitaloka, serta Ketua Panitia Ari Nurul Hidayah. Bahkan, acara itu dihadiri pula komunitas quilt, sulam, dan rajut yang berasal dari Belanda, Jepang, Thailand, Korea dan Filipina.
’’Dalam event tersebut SMESCO Indonesia akan fokus meningkatkan seni perca dan mengangkat quilt sebagai nama kerajinan yang mendunia. Jadi, pengetahuan tentang produk, bahan dan wawasan tentang dunia quilt dan needle (sulam dan rajut) dapat ditemukan di acara tersebut,’’ ujar Emilia Suhaimi selaku Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi Usaha Kecil Menengah (LLP)-KUKM, Kemenkop dan UKM Kamis (19/10).
Emilia menjelaskan, quilt di Indonesia masih dikenal sebagai kerajinan seni perca. Nah, asumsi perca di dalamnya adalah bagian kain yang sudah tidak dapat dimanfaatkan dan dianggap tidak berguna sebagai sampah. Produk kain pilihan yang berkualitas berkaitan dengan tema Quilt & Needle Craft Festival 2017, sehingga menjadikan event tersebut sebagai pameran internasional Indonesia yang bertema dan berkarakter, khususnya dalam kerajinan quilt dan needle craft.
Bagi para peserta yang mengikuti acara tersebut, kata Emilia, akan banyak mendapatkan keuntungan (benefit) menarik. Di antaranya para peserta berpeluang menjadi mitra binaan SMESCO Indonesia. Selain itu, dengan keikutsertaan dalam event tersebut diharapkan pelaku UKM bisa naik kelas.
Emilia menambahkan, saat ini banyaknya perajin quilt di Indonesia yang tersebar dan belum terorganisir. Karena itu, diperlukan wadah untuk para quilter (pelaku quilt) untuk mengekspresikan hasil karya. SMESCO juga membantu menjembatani quilter dan peminat quilt (hobi, penikmat seni, dan kebutuhan quilt) untuk mendapatkan pengalaman, pembelajaran, serta sosialisasi lebih dalam tentang dunia quilt.
’’Kami juga siap mempromosikan Khatulistiwa Indonesia Quilt sebagai wadah yang akan menampung komunitas quilt Indonesia agar terorganisir dengan baik. Selain itu, juga akan menjaring SDM berkualitas untuk menunjang permintaan ekspor yang belum terpenuhi,’’ ujar Emilia.
Emilia menjelaskan, dari event tersebut juga SMESCO Indonesia akan membantu mengaplikasikan quilt ke produk lifestyle (household, tas, dan fashion) agar bisa diterima oleh masyarakat luas. Menurut Emilia, rangkaian acara tersebut juga bervariasi dan memberikan wawasan yang berguna bagi para peserta dan pengunjung. Selain ada pameran produk quilt, juga digelar fashion show, talkshow UKM yang nanti akan membahas usaha dari rumah, belajar digital online, sampai seluk beluk e-commerce.
Emilia menambahkan bahwa hasil seni quilt ini juga dapat dimanfaatkan oleh para penderita kanker payudara (survivor) yang pada event ini akan dibuat pad payudara rajut. Jumahnya ada sebanyak 750 pad oleh 75 sukarelawan perajin quilt. Kegiatan itu hasil kerjasama dengan Yayasan Cancer Knitted Knocked Indonesia untuk para penderita berpenghasilan rendah.
’’Pada acara workshop tentang quilt didatangkan juga pengajar dari negara yang juga sebagai produsen quilt, yaitu Jepang, Thailand, dan Korea,’’ paparnya. (*)