Selain Korupsi, Utang juga Bikin Perekonomian Indonesia Sulit Bangkit
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Ada sejumlah persoalan yang membuat perekonomian Indonesia sulit bangkit. Salah satunya adalah korupsi.
Begitu dikatakan ekonom senior, Rizal Ramli dalam kuliah umum bertema ‘Potensi Ekonomi Indonesia dalam Membangun Bangsa secara Mandiri’ di Ruang Soetandyo, Gedung C, FISIP Universitas Airlangga, Surabaya (Jumat, 6/12).
Kualitas Sumber Daya Manusia juga memiliki pengaruh kuat. “Orang Indonesia ini pintar-pintar tapi kurang ulet. Mereka ini manja-manja,” sambung Rizal Ramli.
Persoalan lain yang tak kalah pentingnya adalah utang. Menurut dia, pembangunan di Indonesia tak lepas dari model Bank Dunia yang berbau neoliberal.
Menko Perekonomian era mendiang Presiden Abdurrahman Wahid ini merasa, kondisi saat ini makin parah ketika mahasiswa dicekoki dengan jargon penguatan mata uang yang bisa menopang perekonomian negara.
“Jepang saat tahun 1980-an melemahkan mata uangnya. Akibatnya, barang-barang luar negeri menjadi mahal. Penduduknya beralih ke produk dalam negeri. Pelemahan mata uang Yen ini membuat AS dan negara-negara Eropa kelimpungan,” jelas dia.
Rizal Ramli menjelaskan, saat ini ada 20 persen rakyat Indonesia berada di posisi atas dan sudah makmur. 40 persen lainnya hidupnya masih pas-pasan. Sedangkan 40 persen terakhir belum menikmati hasil kemerdekaan.
“Tugas sejarah kita untuk membuat 40 persen yang paling bawah ini bisa menikmati arti kemerdekaan. Bisa punya jaminan kesehatan, bisa sekolah, punya tempat tinggal, dan sebagainya,” katanya.
Rizal Ramli menjelaskan, pandangan tersebut menggunakan pendekatan historis. Sedangkan pendekatan komparatif, ia melihat Indonesia, Korea, Malaysia, Singapura, China dan negara lainnya 45 tahun lalu kondisi hampir mirip. Termasuk pendapatan maupun kondisi sosial masyarakatnya. Tapi, setelah 45 tahun kemudian, negara-negara ini lebih maju dari Indonesia.
“Kok bisa negara-negara ini terbang lebih tinggi. Ini tak lain karena mereka menjadi bangsa yang ulet. Sedangkan Indonesia saat ini seperti mobil berpresneling 1 yang susah menambah kecepatan. Jika tetap dipacu, mesin pun akan kepanasan,” tandasnya. [sam]